Channel9.id – Jakarta. Presiden Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Sumardiansyah P. Kusuma menyampaikan, draf penyederhanaan kurikulum berupaya menggeser mata pelajaran sejarah dari wajib menjadi pilihan.
“Posisi mata pelajaran sejarah bergeser, yang semula wajib kemudian menjadi pilihan, implikasinya siswa bisa saja tidak belajar sejarah karena tidak menjadikannya pilihan,” kata Sumardiansyah dalam Webinar ‘Penyederhanaan Kurikulum: Ambisi atau Solusi’, Jumat (25/9)
Menurut Sumardiansyah, hal itu yang ingin dicegah AGSI meski tak menyangkal pernyataan Kemendikbud yang tak ingin menghapus mapel sejarah. Mapel sejarah tetap ada dalam struktur penyederhanaan kurikulum.
“Kemendikbud benar, Nadiem benar. Tapi pelajaran sejarah digeser posisinya dan belum ada penjelasan yang jernih dari Kemendikbud,” ungkapnya.
Menurut Sumardiansyah, menggeser mapel sejarah bisa diamati dari upaya menjadikannya bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada jenjang SMA kelas X. Seharusnya mapel sejarah, begitu pun mapel dalam rumpun IPS lainnya, tetap berdiri sendiri.
“Seharusnya mapel berdiri sendiri secara leg specialis, dan ternyata sejarah menjadi bagian IPS di kelas X,” katanya.
Baca juga : Presiden AGSI: Sejarah Perkuat Jati Diri dan Karakter Bangsa
AGSI sendiri sejak awal tak pernah menyatakan pelajaran sejarah dihapus dari kurikulum, melainkan digeser perannya. Namun, hingga saat ini Kemendikbud belum bisa menjelaskan alasan mengenai rencana menggeser posisi mapel sejarah di tingkat SMA.
“Kami juga menuntut agar mapel sejarah jangan direduksi menjadi IPS di jenjang menengah atas. Implikasinya bukan hanya (mapel) sejarah, tapi sosiologi, geografi juga sama,” pungkasnya.
(HY)