Hot Topic

Presiden Bolivia Evo Morales Mundur

Channel9.id-Jakarta. Setelah demonstrasi panjang yang berlangsung tiga pekan, Presiden Bolivia Evo Morales akhirnya mengundurkan diri, Minggu (10/11) waktu setempat.

Unjuk rasa tersebut memprotes hasil pemilu yang diduga diwarnai kecurangan serta memicu aksi kekerasan. Sementara itu, Morales kehilangan dukungan dari militer dan polisi.

Pengunduran diri dari Morales tersebut datang hanya beberapa jam setelah banyak menteri dan pejabat senior juga melepaskan jabatan. Sejumlah menteri dan pejabat tak lagi loyal mendukung Morales.

Jalan-jalan di Kota La Paz langsung dipenuhi warga untuk menyambut pengunduran diri Morales. Diketahui, Morales merupakan presiden terlama di kawasan Amerika Latin. Dia berkuasa sejak 22 Januari 2006.

Masyarakat  Bolivia merayakan dengan menyalakan petasan serta mengibarkan bendera merah, kuning, dan hijau negara itu.

Sementara itu, kandidat oposisi utama dalam pemilihan, mantan Presiden Carlos Mesa, mengatakan rakyat Bolivia telah memberi pelajaran kepada dunia. “Besok Bolivia akan menjadi negara baru,” ujar Mesa.

20 anggota parlemen dan pejabat pemerintah memilih berlindung di kediaman Duta Besar Meksiko dan pemerintah Meksiko juga menyatakan pihaknya menawarkan suaka politik kepada Morales.

Pada Minggu (10/11) malam, polisi mengumumkan mereka telah menangkap Maria Eugenia Choque, kepala pengadilan pemilu negara itu, sebuah lembaga yang dikutuk oleh pihak oposisi sebagai bias.

Kuba dan Venezuela yang menjadi sekutu lama Morales, serta pemimpin kiri Brazil Luiz Inacio Lula da Silva dan presiden terpilih Argentina Alberto Fernandez, mengecam yang mereka sebut sebagai ‘kudeta’.

Morales, anggota komunitas adat Aymara, adalah mantan petani koka yang menjadi presiden adat pertama Bolivia pada 2006. Selama hampir 14 tahun menjabat, dia berhasil melawan kelaparan dan kemiskinan, serta melipatgandakan ekonomi negara itu.

Ia memperoleh masa jabatan keempat yang kontroversial ketika ia dinyatakan sebagai pemenang pemilu presiden 20 Oktober dengan selisih yang kecil.

Namun pihak oposisi mengatakan ada kecurangan dalam penghitungan suara dan tiga minggu protes jalanan terjadi, yang mengakibatkan tiga orang tewas dan ratusan lainnya terluka.

Organisasi Negara-negara Amerika (OAC) melakukan audit pemilu.  Kemudian OAC melaporkan penyimpangan dalam hampir setiap aspek yang diperiksa, mulai dari teknologi yang digunakan, managemen surat suara, integritas penghitungan, hingga proyeksi statistic, Minggu (10/11).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  58  =  65