Channel9.id – Jakarta. IKA UNJ membuat edisi sosok alumni UNJ. Di edisi pertama, IKA UNJ menghadirkan sosok Rektor Universitas Negeri Jakarta saat ini, yaitu Prof. Dr Komarudin.
Pria yang lahir di Indramayu 1 Maret 1964 ini, terpilih menjadi Rektor UNJ untuk periode 2019-2023. Komarudin dilantik menjadi Rektor pada kamis 26 September 2019 di Ruang Auditorium Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi Jakarta.
Mulanya, pada 1985 Komarudin menjadi mahasiswa jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PMP-KN) di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Semenjak tahun 1999 berubah menjadi Universitas Negeri Jakarta).
“Sebetulnya, tahun 1984, Komarudin terpilih menjadi mahasiswa PKK, namun setelah melakukan refleksi jurusan tersebut bukan passion-nya, sehingga pada tahun selanjutnya mantap memilih PMP-KN,” kata rilis yang ditulis IKA UNJ, Rabu 3 Maret 2021.
Komarudin menyelesaikan pendidikan S1-nya selama 5 (Lima) tahun atau 10 semester. Pada saat kuliah, Komarudin aktif diberbagai organisasi seperti BEMJ dan Racana.
Selama kuliah, tantangan yang dihadapi Komarudin adalah soal kemampuan ekonomi. Komarudin menuturkan bahwa latar belakang ekonomi keluarga yang terbatas membuatnya mempunyai tekad besar untuk sukses dimasa depan.
“Keterbatasan ekonomi membuat masa kuliah dilalui dengan berhemat, tapi berhemat saja ternyata tidak cukup sehingga hal tersebut membuat Komarudin kuliah sambil bekerja, yaitu mengajar,” demikian kisah Rektor UNJ yang disampaikan IKA UNJ.
Sedangkan, pengalaman menyedihkan semasa kuliah adalah karena tidak mempunyai saudara yang bisa ditempati tempat tinggalnya, akhirnya memutuskan tinggal bersama dengan tukang becak-bajaj selama 4 (empat) bulan dalam satu petak berisi 16 (enam belas) orang dengan ukuran 3×4 meter.
“Walau penghuninya banyak, namun sistem tidurnya unik, bergantian dan tidak pernah satu moment tidur bersama dengan 16 orang tersebut. Karena jam operasionalnya kerja/ aktivitasnya berbeda,” kenangnya.
Bagi Komarudin, dosen yang dianggap berkesan selama kuliah di IKIP adalah Pak Pamadi dan Pak Azis Thoyibin. Kedua dosen tersebut dengan telaten membina Komarudin dari mahasiswa hingga menjadi dosen muda di IKIP Jakarta.
Sejak awal kuliah, Komarudin bercita-cita untuk menjadi guru. Hal tersebut diperkuat dengan fakta bahwa Komarudin mengambil ikatan dinas, sehingga secara psikis dan mental harus siap ditempatkan dimana saja. Namun, nasib berkata lain pasca diwisuda dipanggil oleh Dekan yaitu pak Hasan dan ditawari menjadi Dosen. Tawaran baik tersebut akhirnya tidak bisa ditolak, sehingga akhirnya Komarudin menjadi dosen IKIP Jakarta.
Selama menjadi dosen muda di IKIP, khususnya di PMP-Kn ternyata ada tugas ekstra yaitu selain jadi tenaga pendidik juga menjadi “tenaga administrasi” layaknya pegawai Tata Usaha. Hal tersebut dimaklumi karena di Prodi tidak ada tenaga administrasi.
“Pengalaman menjadi aktivis mahasiswa sangat membantu Komarudin dalam melaksanakan tugas gandanya tersebut. Pengalaman menjadi Sekretaris HMJ dan Ketua Racana membuat Komarudin tidak asing dengan kegiatan bicara depan forum dan mengerjakan administrasi,” demikian dijelaskan dalam tulisan IKA UNJ.
Keadaan tersebut berlangsung selama dua tahun, selepas dua tahun kemudian dipromosikan menjadi Sekretaris jurusan, wacana tersebut awalnya ditolak Komarudin, karena melihat masih banyak figur senior yang lebih berkompeten. Namun desakan dari para dosen, pimpinan dan pergulatan pemikiran internal membuat Komarudin akhirnya menerima tawaran tersebut.
Kendala dalam menjalankan tugas sebagai dosen maupun sebagai pejabat struktural hampir tidak ada. Kuncinya adalah fokus dan tanggung jawab dengan amanah. Hal tersebut kemudian dipegang teguh Komarudin dalam menjalankan tugasnya sebagai Dosen, Sekjur, Kajur, Wakil Dekan IV, Kapus, Dekan, Wakil Rektor II hingga menjadi Rektor UNJ. Hal lain yang menunjang Komarudin menjalankan amanahnya adalah nilai-nilai yang didapat ketika menjadi aktivis mahasiswa.
Motivasi menjadi Rektor tidak tumbuh ketika masa kuliah, tapi tumbuh setelah mengarungi berbagai jabatan struktural di UNJ. Ada dua hal yang akhirnya membuat Komarudin mantap mengikuti kontestasi menjadi Rektor yaitu dorongan internal.
Dorongan internal adalah dorongan para senior dan para guru besar yang mendorong untuk maju memimpin UNJ, sedangkan dorongan eksternalnya adalah dorongan para kyai dan ulama. Namun ada dua hal yang ditekankan oleh Komarudin selama kontestasi yaitu tidak ada fitnah dan tidak saling menjatuhkan.
Komarudin dilantik menjadi Rektor pada hari kamis 26 September 2019 di Ruang Auditorium Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi Jakarta. Komarudin mempunyai visi “Menjadi Universitas bereputasi dikawasan Asia” dengan mengusung lima platform keunggulan yaitu tata kelola, SDM, IT, daya saing dan akademik. Lima hal pokok tersebut menjadi kunci buat kesuksesan perguruan tinggi.
Komarudin semasa kepemimpinannya menitikberatkan kepada penjaminan mutu akademik (siklus manajemen baik, dokumen lengkap, regulasi lengkap, monitoring baik dan sistem informasi baik) supaya kepemimpinannya direl baik menju kesuksesan. Walau dalam masa kepemimpinannya Komarudin menyatakan ada beberapa hal yang harus ditingkatkan yaitu SDM dan sistem Infromasi. SDM di UNJ belum ideal, misalnya guru besar, lektor kepala, dan jumlah Doktor masih dibawah ukuran ideal. Sedangkan sistem informasi sudah ada namun belum optimal, tata kelolanya belum responsive.
Salah satu produk kepemimpinan Komarudin adalah UNJ berhasil mendapatkan akreditasi Unggul. Komarudin menyatakan bahwa proses mendapatkan akreditasi unggul tidaklah instant, namun proses persiapannya sudah berjalan selama dua tahun.
“Akreditasi unggul juga tercapai berkat kerja bersama seluruh civitas akademika UNJ, termasuk mitra kerja dan IKA UNJ yang solid mendukung proses tersebut. Hal tersebut dinilai kompak dan solid oleh assessor,” ujar Rektor UNJ.
HY/WW