energi dari sampah
Ekbis

Proyek Energi Hijau Bernilai Triliunan Diminati 120 Investor Global

Channel9.id, Jakarta — Program pengelolaan sampah menjadi energi listrik (PSEL) yang digagas pemerintah melalui Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) mendapat sambutan luar biasa dari investor global. Sebanyak 120 perusahaan dan konsorsium tercatat telah menyatakan minat mengikuti lelang 10 proyek perdana waste-to-energy tersebut.

Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir, menyebut tingginya minat ini menunjukkan keyakinan investor terhadap prospek energi hijau di Indonesia.

“Dalam sepuluh minggu terakhir, sudah ada 120 pihak yang mendaftar untuk mengikuti bidding hanya untuk 10 proyek pertama. Ini permintaan yang sangat besar,” ujar Pandu, Kamis (16/10/2025).

Menurut Pandu, lonjakan minat investor ini dipicu oleh skema power purchase agreement (PPA) yang lebih menarik secara komersial dibandingkan model lama. Ketentuan baru ini diatur melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 109 Tahun 2025 tentang Penanganan Sampah Perkotaan Melalui Pengolahan Sampah Menjadi Energi Terbarukan.

Lewat aturan tersebut, PT PLN (Persero) diwajibkan membeli listrik hasil PSEL dengan tarif tetap 20 sen per kWh, tanpa negosiasi dan tanpa eskalasi harga.

“Perpres ini menyelesaikan masalah komersial yang selama ini menjadi kendala. Sekarang tidak ada lagi tipping fee daerah. Pemerintah menyediakan lahan gratis, sistem take and pay, dan tarif 20 sen per kWh yang sangat menarik bagi investor,” jelas Pandu.

Tiga Syarat Utama Investor

Dalam proses lelang, BPI Danantara mensyaratkan tiga hal utama: pertama, investor harus memiliki teknologi paling kompetitif. Mampu menyelesaikan isu lingkungan terkait proyek PSEL. Memiliki kapasitas finansial yang kuat.

Pandu menambahkan, BPI Danantara juga terbuka menjadi mitra investasi langsung.

“Kami bisa menjadi strong minority partner atau bahkan majority partner bila dibutuhkan. Prinsipnya kami siap mendukung dari sisi modal dan tata kelola,” ujarnya.

Pandu menjelaskan, model pengelolaan sampah menjadi energi ini meniru kesuksesan China pada 2007–2008, saat urbanisasi menyebabkan ledakan volume sampah di kota besar.

“China saat ini justru kekurangan sampah untuk PLTSa mereka. Itu contoh yang ingin kita tiru. Seperti kata Presiden, tirulah dengan bangga praktik terbaik dunia,” ungkapnya dalam forum Forbes Global CEO Conference 2025 di Jakarta.

Satu proyek waste-to-energy diperkirakan membutuhkan investasi US$150 juta hingga US$200 juta atau sekitar Rp2,5 triliun–Rp3,3 triliun. Jika seluruh 33 proyek yang direncanakan berjalan, total nilai investasi bisa melampaui Rp100 triliun.

Pemerintah menargetkan 10 proyek pertama dimulai pada akhir 2025, tersebar di lima kota besar. Program ini disebut akan menjadi konversi limbah menjadi energi terbesar di dunia sekaligus tonggak penting dalam transisi energi bersih nasional.

“Kita mulai dengan 10 proyek di akhir tahun ini. Nilai satu proyek mencapai sekitar US$200 juta. Ini bukan hanya proyek energi, tapi transformasi lingkungan dan ekonomi,” tutup Pandu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

85  +    =  95