Channel9.id – Jakarta. Presiden Rusia Vladimir Putin untuk pertama kalinya menyalahkan kelompok Islam radikal ISIS atas serangan teroris di sebuah gedung konser di Moskow akhir pekan lalu. Bahkan, ketika dia terus berusaha mengaitkan Ukraina dan Barat dengan kekejaman terparah di ibukota Rusia selama dua dekade.
Putin mengatakan bahwa kelompok Islam radikal melakukan serangan teroris yang menewaskan 139 orang di Balai Kota Crocus di Moskow pada Jumat malam (22/3/2024), tetapi para penyelidik sedang menggali lebih dalam untuk mengetahui siapa aktor yang berada di belakangnya.
“Kami tahu tangan siapa yang melakukan kekejaman ini terhadap Rusia dan rakyatnya. Kami akan cari siapa yang memerintahkan mereka [teroris],” kata Putin dalam sebuah pertemuan dengan para pejabat tinggi dikutip dari Bloomberg, Selasa (26/3/2024).
Sebelumnya, Putin telah menghindari menyebutkan ISIS sebagai biang kerok aksi penembakan brutal dalam komentar publik pertamanya tentang kekerasan pada Jumat malam. Bahkan, ketika ISIS mengklaim bertanggung jawab.
Ukraina dengan tegas menolak keterlibatannya, sementara para pejabat AS mengatakan bahwa ISIS bertanggung jawab penuh atas serangan tersebut.
“Kami juga melihat bahwa Amerika Serikat, melalui berbagai saluran, berusaha meyakinkan satelitnya dan negara-negara lain di dunia bahwa menurut data intelijen mereka, seharusnya tidak ada jejak Kyiv dalam serangan teroris di Moskow, bahwa serangan teroris berdarah itu dilakukan oleh pengikut Islam, anggota organisasi ISIS yang dilarang di Rusia,” kata Putin.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengungkapkan satu-satunya tujuan Kremlin adalah untuk memotivasi lebih banyak orang Rusia untuk mati dalam perang yang tidak masuk akal dan kriminal melawan Ukraina,” katanya dalam sebuah posting di X, yang sebelumnya adalah Twitter.
Adapun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyebut serangan tersebut sebagai operasi bendera palsu oleh Rusia. Awal bulan ini, AS berbagi informasi dengan Rusia tentang kemungkinan serangan teroris di Moskow, yang secara terbuka dibantah oleh Putin sebagai upaya ‘untuk mengintimidasi dan mengacaukan masyarakat Rusia’ tiga hari sebelum Balai Kota Crocus diserang teroris.
Serangan penembakan brutal tersebut tersebut merupakan korban jiwa terbesar di Moskow sejak separatis Chechnya menyandera teater Nord-Ost pada 2002. Sedikitnya 170 orang, termasuk puluhan penyerang, tewas dalam misi penyelamatan yang gagal kala itu.
Sebelumnya, pihak berwenang Rusia menunjukkan rekaman empat pria yang didakwa di pengadilan dengan tuduhan melakukan serangan di gedung konser tersebut setelah interogasi yang melacak asal-usul mereka ke Tajikistan. Dua dari mereka mengaku bersalah atas keterlibatannya, kata layanan pengadilan Moskow melalui saluran Telegram. Keempatnya ditahan hingga 22 Mei. Tidak ada informasi mengenai pengakuan bersalah dari dua orang lainnya.
Pengadilan Moskow juga memerintahkan tiga orang lagi untuk ditahan sehubungan dengan serangan itu, kata layanan Telegram. Skala tragedi ini telah mengejutkan warga Rusia dan menghancurkan ilusi stabilitas di kota yang sebagian besar tidak tersentuh oleh kekerasan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Reaksi Putin menimbulkan kekhawatiran di Rusia bahwa dia bahkan dapat melakukan mobilisasi massa lagi untuk meneruskan perang yang kini telah memasuki tahun ketiga. Presiden Rusia terpilih itu mengatakan dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi pada Sabtu (23/3/2024) bahwa pihak berwenang telah menangkap keempat tersangka saat mereka mencoba melarikan diri ke Ukraina.
Meskipun, ia tidak secara langsung menuduh pihak berwenang Ukraina terlibat dalam serangan tersebut, Putin mengatakan bahwa sebuah “jendela” telah disiapkan bagi para tersangka untuk menyeberangi perbatasan.
Serangan teroris di gedung pertunjungan di Moskow terjadi kurang dari seminggu setelah Putin mengukuhkan cengkeramannya di Rusia dengan mengklaim masa jabatan kelima dengan 87% suara dalam pemilihan presiden yang hasilnya telah ditentukan sebelumnya. Hasil pemilu 2024 memungkinkan Kremlin untuk mengklaim bahwa Putin memiliki dukungan publik yang besar untuk melanjutkan perangnya di Ukraina.
Baca juga: Ratusan Orang Meninggal Akibat Serangan Teroris di Rusia, Begini Sumpah Putin Terhap Pelaku Teror
IG