Channel9.id – Jakarta. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menitipkan program Merdeka Belajar saat rapat terakhir dengan Komisi X DPR sebelum purnatugas sebagai menteri. Pesan Nadiem itu disampaikannya melalui sebuah puisi.
Puisi itu dibacakan Nadiem saat rapat kerja di Kompleks Parlemen, Senayan, Rabu (11/9/2024). Rapat kerja ini merupakan rapat terakhir Nadiem dengan Komisi X DPR RI sebelum Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Presiden Joko Widodo demisioner 20 Oktober 2024.
“Mungkin untuk menutup, karena dari tadi sudah banyak yang memberikan pantun, mungkin saya kasih sedikit lagi, puisi kalau boleh, biar agak beda sedikit,” ujar Nadiem.
Adapun Merdeka Belajar adalah salah satu program yang dijalankan Kemendikbudristek di bawah kepemimpinan Nadiem. Secara garis besar, program Merdeka Belajar ini membentuk kurikulum berdasarkan soft skill dan pengembangan karakter siswa.
Berikut adalah puisi yang dibacakan Nadiem.
“Zaman dulu murid merasa berat bangun di pagi hari, memakai seragam sekolah terasa tegang di hati.
Karena anak itu tahu sesaat lagi dia akan masuk ruang kelas yang menakuti.
Zaman dulu setiap kesalahan dikenai hukuman setiap pertanyaan dipermalukan.
Relevansi dari ajaran semakin membingungkan, dari hari ke hari ia semakin ketinggalan.
Bukan hanya anak loh yang ketakutan ibu guru pun tak bisa nafas mengejar pembelajaran materi ajar serasa kereta tanpa batas kecepatan beban birokrasi membuat guru seperti tahanan.
Tetapi, di dalam hati setiap anak ada mimpi yang tersembunyi keinginan untuk belajar tanpa dihakimi.
Kepercayaan yang kuat bahwa dia punya kompetensi. Keinginan untuk dilihat sebagai manusia mandiri.
Dan setiap guru punya firasat di dalam hati bahwa mereka bahwa mungkin metode kuno sudah tidak relevan lagi.
Bahwa pembelajar sepanjang hayat tidak mungkin bisa diproduksi dengan kekakuan dengan penghafalan dan standarisasi.
Baik anak maupun guru harus diberikan ruang untuk berkreasi berinovasi bahkan untuk berjuang.
Ruang kelas menjadi panggung dan juga peluang untuk menemukan jati diri setiap orang.
Pada hari ini kita semua bergabung untuk melihat apa yang terjadi kalau murid dan guru diberikan panggung untuk membuktikan bahwa kreativitas dan kolaborasi sama pentingnya dengan berhitung karena ini lah resep yang membuat mimpi setiap anak melambung.
Bapak dan ibu proses transformasi membutuhkan sabar. Hampir lima tahun kami sibuk menanam akar baru sekarang bunga perubahan terlihat mekar di tangan anda semua saya titipkan merdeka belajar”
HT