Hot Topic

Refleksi Akhir Tahun, PBNU: Intoleransi Masih Merebak

Channel9.id – Jakarta. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyampaikan sejumlah refleksi dan tausiyah kebangsaan menutup lembaran 2020 serta menyongsong fajar 2021.

Salah satu refleksi itu mengenai politik kebangsaan. Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyampaikan, bangsa Indonesia masih menyaksikan sikap intoleransi yang masih merebak, bahkan cenderung meningkat. PBNU pun mengingatkan semua pihak supaya kembali kepada jati diri bangsa.

“Jati diri yang menghargai kemajemukan, pluralitas serta heterogenitas yang dirumuskan dalam konsensus agung bernama Pancasila yang dibangun di atas bingkai Bhinneka Tunggal Ika,” kata Kiai Said di Kantor PBNU Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat dilansir NuOnline, pada Selasa (29/12).

Menurutnya, perbedaan harus menjadi energi untuk memproduksi kekuatan kolektif sebagai sebuah bangsa. Bukan dijadikan sebagai benih untuk menumbuhkan perpecahan.

“Kebinekaan harus menjadi kekuatan bangsa. Kebinekaan tidak boleh menjadi anasir destruktif yang berkontribusi bagi rusaknya persatuan dan kesatuan bangsa,” lanjutnya.

Di sisi lain, PBNU mengingatkan, demokrasi sebagai sistem untuk mewujudkan kesejahteraan publik berpotensi dibajak oleh gerakan apa pun. Baik gerakan fundamentalisme agama dan ideologi maupun fundamentalisme pasar.

Sebab, kebebasan sebagai watak bagian demokrasi sudah memberikan panggung kepada kelompok radikal untuk mengeskpresikan pikiran dan gerakannya. Ini berpotensi merongrong NKRI melalui provokasi, permusuhan, dan juga terorisme.

Belum lagi, di momentum revolusi 4.0 ini, iklim demokrasi salah satunya bertumpu pada digitalisasi. Ekspresi demokrasi dan politik diungkapkan melalui kanal-kanal media sosial. Dunia maya berkembang sangat pesat. Termasuk dalam konteks penyebaran isu politik, sosial-keagamaan, dan isu-isu lainnya.

Karena itu, PBNU menilai perlu ada upaya yang lebih ekstensif dan intensif dalam membangun narasi-narasi positif dalam wujud konten yang kreatif.

“Sehingga penyebaran berita bohong, fitnah, polarisasi, radikalisme, yang selama ini teresonansi gerakannya melalui medsos dapat diatasi dengan baik,” ujarnya.

HY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

6  +  4  =