Hot Topic

Rektor UNJ Tentang Pemikiran KH Ma’ruf Amin: Oase dan Solusi Problematika Bangsa

Channel9.id – Jakarta. Sebagai rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-57, Universitas Negeri Jakarta mengadakan Bedah Buku pada hari Rabu, 7 Juni 2021 pukul 13.30-16.00 WIB di Aula Gedung University Training Center Lantai 8, Kampus A UNJ.

Bedah buku kali ini, yaitu buku pemikiran Wakil Presiden Republik Indonesia KH. Ma’ruf Amin “Darul Misaq: Indonesia Negara Kesepakatan”. Bedah buku ini dilatarbelakangi oleh kepedulian UNJ sebagai universitas berskala nasional terhadap berbagai isu kebangsaan.

Rektor UNJ, Prof. Dr. Komarudin mengatakan, buku “Darul Misaq: Indonesia Negara Kesepakatan, yang merupakan pandangan Prof. Dr. (HC). K.H. Ma’ruf Amin” merupakan oase dan sekaligus solusi dalam mengatasi problematika ikatan kebangsaan kita yang tengah menghadapi tantangan besar era disrupsi dan segala derivasinya. Konsepsi Darul Misaq yang digagas oleh Prof. Dr. (HC). K.H. Ma’ruf Amin telah melalui proses panjang pergulatan pemikiran, genealogis, dan empirik sang Empunya.

Sejak pergulatannya di dunia pesantren, kampus, organisasi kemasyarakatan, organisasi politik, hingga pemerintahan. Konsepsi Darul Misaq secara detail, tidak hanya menjelaskan konteks sosial politik yang melatarbelakangi munculnya terminologi Darul Misaq, tetapi juga pembahasan mendasar tentang Darul Misaq dalam bingkai teologis, sosial, politik, pendidikan, dan kebangsaan.

“Dalam konteks bidang pendidikan, konsepsi Darul Misaq menjadi diskursus penting yang relevan dan solutif di tengah problematika pendidikan nasional yang minus dan hampa kesadaran kebangsaan,” kata Rektor UNJ dalam pembukaan diskusi yang dilaksanakan secara hybrid, yakni luring dan daring melalui zoom dan live streaming kanal youtube Edura TV itu.

Selanjutnya, kata Rektor UNJ,  konsepsi Dārul Mịṡāq dapat menjadi jembatan bagi lahirnya kurikulum Pendidikan nasional yang berwawasan kebangsaan.

“Kurikulum Pendidikan kebangsaan yang bertujuan untuk melahirkan kecerdasan kewargaan digital yang pancasilais, moderat, dan berakhlaqul karimah.” ungkap Prof. Komarudin.

Buku ini lanjut Rektor UNJ. menjelaskan mengenai bagaimana Indonesia sebagai nation state dan mozaik luar biasa indah yang ditenun dari kemajemukan suku bangsa, adat istiadat, bahasa, agama, ras, dan antar golongan. Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika adalah pengikat kemajemukan tersebut.

Sebagai negara bangsa yang majemuk, Indonesia juga dianugerahi kondisi geografis yang unik-strategis dan begitu banyak kekayaan alam yang melimpah dari lautan dan daratannya, agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

“Potensi kemajemukan dan kekayaan alam tersebut merupakan peluang dan sekaligus tantangan bagi ikatan kebangsaan Indonesia,” kata Komarudin.

Rektor UNJ menegaskan, ikatan kebangsaan Indonesia tidak muncul begitu saja, melainkan melalui proses panjang dan fluktuatif. Trajektori semangat dan rasa kebangsaan Indonesia, pada masanya naik sampai pada titik yang paling tinggi, seperti terlihat pada momentum Kebangkitan Nasional (1908), Sumpah Pemuda (1928) dan Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (1945).

“Namun, pada masa yang lain turun sampai pada titik yang kritis dan mengkhawatirkan, misalnya pada konflik 1950-1960an dan 1998 – 2000an, bahkan mengancam disintegrasi bangsa. Hal ini dapat dimengerti, karena semangat dan rasa kebangsaan tidaklah bersifat permanen, melainkan sangat bergantung pada kondisi dan situasi yang melingkupinya,” lanjutnya.

Pada era disrupsi saat ini, tegas Komarudon, tantangan bagi ikatan kebangsaan Indonesia adalah teknologi, komunikasi dan infomasi digital, terutama media sosial yang semakin penuh resiko. Persebaran berita atau informasi dari media sosial begitu masif, perputarannya per detik dan sulit dikendalikan.

“Berita atau informasi hoax, provokasi, dan ujaran kebencian sangat mudah ditemui di media sosial. Menurut laporan Tirto.id (2017) pesan intoleransi bertebaran di media sosial.

“Sikap moderat dan toleransi digempur setiap hari oleh tayangan dan konten radikal yang begitu mudah disebar dan viral di media sosial,” unjarnya.

Lemahnya edukasi bermedia sosial dan kekhawatiran lemahnya penghayatan tentang agama dapat memicu munculnya pemahaman sempit dan radikalisme. Kenyataan ini, bila tidak ditangani secara serius, segera, dan komprehensif dapat menurunkan semangat, mengoyak dan merobek ikatan kebangsaan Indonesia.

“Menanggapi kondisi di atas, UNJ sebagai perguruan tinggi yang fokus terhadap pendidikan berkeinginan untuk berkontribusi terhadap permasalahan bangsa dan negara dengan cara mengedukasi melalui diskusi publik, bedah buku, atau bahkan lewat media, seperti yang sudah dilakukan lewat Edura TV,” tutur Prof Komarudin.

Sementara menurut Prof. Dr Nadiroh, M.Pd yang juga narasumber dalam kegiatan bedah buku dan juga Direktur Pascasarjana UNJ mengatakan bahwa makna Darul Misaq merupakan realitas keragaman yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Internalisasi nilai Darul Misaq dapat dilalui dengan melalui adaptasi dan transformasi.

“Elemen fundamental adalah pendidikan yang merupakan pembinaan terhadap kemampuan pengembangan berpikir, mengeluarkan ide, gagasan, dan inovasi terbaru,” ungkap Prof. Nadiroh.

Kegiatan bedah buku dibuka oleh Wakil Presiden RI, Prof. Ma’ruf Amin dan Rektor UNJ, Prof. Komarudin. Kegiatan bedah buku ini menghadirkan sederet tokoh, dalam bedah buku kali ini seperti dua pembahas 1) Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D 2) dari dosen Filsafat Ketuhanan STF Driyarka, Dr. Simon Petrus Lili Tjahjadi. Untuk pengatar diskusi diisi oleh 1) Staf Khusus Wakil Presiden, Prof. Dr. Masykuri Abdillah 2) Pakar Pendidikan, Prof. Dr. Azyumardi Azra 3) Direktur Pascasarjana UNJ, Prof. Dr. Nadiroh, M.Pd, untuk penyaji diisi oleh Dr. Rahmat Edi Irawan selaku ketua tim Penulis dan di moderatori oleh Drs. M. Fakhruddin, M.Si selaku dosen FIS UNJ.

Acara bedah buku ini dihadiri oleh para Wakil Rektor, para Ketua Lembaga, Para Dekan di lingkungan UNJ, Direktur Pascasarjana dan para pejabat lainnya di lingkungan UNJ secara luring, serta lebih ratusan peserta secara daring dari berbagai unsur dalam dan luar UNJ.

IG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  78  =  88