Channel9.id-Jakarta. Indonesia secara data indeks kelaparan di dunia, termasuk negara yang baru naik ke level menengah. Tapi di Asia Tenggara posisi Indonesia masih cukup tertekan. Di sisi lain, berton-ton makanan yang terbuang sia-sia, dari sejak panen di lahan pertanian sampai ke tempat penjualan atau supermarket maupun makanan sisa di restoran. Nilai dari makanan terbuang itu ternyata mencapai triliunan rupiah.
Dr Arief Daryanto pakar ekonomi pertanian IPB, data dari Bapenas dan lembaga penelitian internasional, kehilangan ekonomi akibat food loss and waste antara tahun 2000-2019 rata-rata 68 sampai 568 triliun rupiah per tahun.
“Kira-kira 3 sampai 4,8 persen produk domestik bruto yang terbuang,”ujar Arief saat menjadi nara sumber di webinar yang digelar FEM Station IPB bertajuk Rugi Puluhan Triliun dari Buang-buang Makanan pada Rabu (03/08) malam.
Arief menjelaskan, food lost adalah kehilangan kehilangan makanan sebelum pre konsumsi misalnya kehilangan pada proses panen, proses penyimpanan, dan pengemasan.
Baca juga: Kokok Dirgantoro Tak Ada Ruang Privat bagi Pejabat Negara
Sementara food waste adalah penurunan kuantitas makanan yang dihasilkan dari keputusan dan tindakan pengecer layanan makanan dan konsumen. “Jadi mulai dari distribusi, pemasaran, dan konsumsi itu food waste,”jelasnya.
Kalau di negara berkembang, kata Arief, food loss lebih besar dibandingkan dengan food waste. Kondisi ini terbalik dengan negara maju dengan porsi food waste yang lebih besar.
“Permasalahan di negara berkembang dengan food loss yang besar lantaran permasalahan infrastuktur, teknologi, sumber daya, dan logistik yang belum dibenahi secara serius,”bebernya.
Menurut Arief, hilirisasi harus diperbaiki untuk mengurangi permasalahan food loss dan food waste. “Kalau dikaitkan dengan penduduk miskin di Indonesia, kalau bisa menghilangkan masalah fwfl maka pangan semua warga miskin bisa tercukupi,”ucapnya.
Dekan Sekolah Vokasi IPB University ini juga menjelaskan, nutrition loss atau kehilangan energi dari food loss dan food waste sebanyak 50-105 juta kilo per kalori per tahun atau setara dengan porsi makan 65-137 juta orang per tahun.
“Jadi kalau di Indonesia jumlah populasi yang kelaparan 19,4 juta orang, ya sudah, 14-30% saja dari food loss and food waste itu, maka kebutuhan makan masyarakat miskin bisa terpenuhi,”ungkapnya.
Berdasarkan data dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau FAO, sampah makanan di Indonesia pada 2019 mencapai 13 juta ton per tahun untuk food waste saja. Makanan terbuang ini berasal dari hotel, catering, retail, dan restoran. Artinya, satu orang membuang 300 kg makanan per tahun atau setara dengan 27 triliun rupiah dari food waste saja.
Sementara itu, Yoryn Haratu, praktisi marketing communication dan influencer pemerhati lingkungan mengaku kaget melihat data yang dipaparkan dari Bapennas maupun FAO. “Ngeri banget, selama ini cuma mikir concernnya ga segitunya. Kaget,”ujarnya.
Menurut Yoryn, agar tidak hanya menjadi sekadar data, semua elemen masyarakat harus melakukan sesuatu. “Memulai kampanye di medsos dengan isu food waste, sebenernya mereka akan peduli kok. Bisa diingatkan selalu di medsos kita agar share makanan yang masih layak dikonsumsi,”katanya.
Yoryn mengatakan, masyarakat harus diberikan pemahaman terkait masalah makanan yang terbuang sia-sia. “Semua orang sebenernya tidak ada yang mau buang makanan, hanya saja gak concern mengenai akibatnya terhadap lingkungan, global warming. Yang harus ditingkatkan adalah awareness-nya,”imbuhnya.