Channel9.id, Jakarta – Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan P. Roeslani menjelaskan penurunan realisasi penanaman modal asing (PMA) pada kuartal II/2025, baik secara tahunan maupun kuartalan, disebabkan oleh ketatnya persaingan investasi global dan situasi geopolitik yang tidak stabil. Selain itu, kebijakan Presiden AS Donald Trump yang mendorong relokasi modal kembali ke Amerika turut memengaruhi aliran investasi ke Indonesia.
“Persaingan menarik investasi semakin ketat. Di sisi lain, sejumlah negara, termasuk AS, menerapkan kebijakan agresif untuk memulangkan investasinya,” ujar Rosan di kantornya, Selasa (29/7/2025).
Rosan mengakui bahwa kepastian regulasi masih menjadi salah satu kendala utama bagi investor asing. Meski Indonesia memiliki potensi besar di sektor mineral, perkebunan, pertanian, dan kelautan, keraguan terhadap kepastian hukum kerap menjadi penghalang. Pemerintah, kata Rosan, tengah menempuh berbagai langkah, mulai dari penyempurnaan regulasi, sosialisasi kepada investor, hingga peningkatan kepastian hukum melalui peran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) untuk meningkatkan kepercayaan investor.
“Tidak mudah menjaga arus modal asing tetap masuk, tetapi melalui perbaikan kebijakan, peningkatan kualitas SDM, dan penguatan potensi, kami berupaya agar kepercayaan investor tetap terjaga,” ungkapnya.
Data PMA dan PMDN
BKPM mencatat realisasi PMA pada kuartal II/2025 sebesar Rp202,2 triliun, turun 6,95% secara tahunan (YoY) dan 12,24% dibanding kuartal sebelumnya (QtQ). Pada kuartal I/2025, PMA sempat mencapai Rp230,4 triliun, sementara pada periode yang sama tahun lalu berada di Rp217,3 triliun.
Meski investasi asing terkontraksi, penanaman modal dalam negeri (PMDN) justru mengalami pertumbuhan signifikan. Realisasi PMDN mencapai Rp275,5 triliun, naik 30,5% (YoY) dan 17,3% (QtQ). Secara keseluruhan, investasi di Indonesia tumbuh 11% YoY, mencapai Rp942,9 triliun pada kuartal II/2025.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk., Josua Pardede, menilai kinerja investasi tersebut tetap positif di tengah ketidakpastian global. “Meskipun FDI menurun, data ini membuktikan Indonesia tetap menarik, terutama berkat peran investor domestik yang mampu menutupi pelemahan modal asing,” ujarnya.
Josua menambahkan, daya tahan ekonomi domestik terlihat cukup kuat, namun pemerintah perlu mewaspadai potensi dampak negatif dari ketidakpastian global jika tidak ada kebijakan mitigasi yang memadai untuk menjaga daya tarik investasi asing.