Channel9.id-Jakarta. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, pada hari Senin menyebutkan kalau hubungan Rusia dengan Cina sedang dalam kondisi terkuatnya, Senin (28/3/2022). Pernyataan ini disampaikan ketika negara-negara Barat berusaha untuk mengisolasi Rusia dengan menjatuhkan beragam sanksi ke negara pimpinan Putin tersebut.
Cina juga sudah berulang kali menyerukan ketidaksetujuannya terhadap sanksi-sanksi yang dijatuhkan ke Rusia tersebut, dan bersikeras untuk mempertahankan hubungan perdagangannya dengan Rusia. Selain itu Cina juga menolak untuk turut mengecam tindakan Rusia terhadap Ukraina.
Baca juga: Mantan Presiden Rusia Sebut Sanksi dari Barat Tak Berikan Efek Apapun
Dilain sisi, Amerika Serikat berusaha untuk mengimbangi situasi konflik di Ukraina dengan membantu Ukraina secara tidak langsung. AS dilaporkan tengah mempercepat pengiriman bantuan senjatanya ke Kyiv. Mereka menolak untuk menerjunkan langsung pasukannya ke Ukraina atau menerapkan kebijakan zona larangan terbang.
Bantuan tersebut terbukti sangat membantu perlawanan Ukraina. Sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina, pasukan Putin itu dilaporkan belum berhasil menguasai kota-kota besar Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mendesak negara-negara Barat untuk memberikan tank, pesawat dan rudalnya ke Ukraina.
Konflik tersebut sudah menewaskan ribuan orang dan mengirim hampir 3.8 juta orang keluar negeri dan telah menyebabkan lebih dari setengah anak-anak Ukraina menjadi terlantar, ungkap data dari PBB.
Rusia menyebutkan tujuan operasi militer khusus itu adalah untuk mendemiliterisasi dan mendenazifikasi negara tetangganya tersebut. Ukraina dan negara-negara Barat menyebutkan kalau pernyataan tersebut hanyalah alasan agar mereka bisa melakukan invasi.
(RAG)