Channel9.id – Jakarta. Pengamat terorisme Soffa Ihsan menyampaikan, keberadaan pondok pesantren (ponpes) yang terafiliasi dengan jaringan teroris, memang empirik. Bahkan, kelompok teroris juga mendirikan ponpes sendiri guna mencapai tujuan mereka.
Soffa yang juga aktif membina eks napiter dengan menggagas Rumah Daulat Buku (Rudalku) ini menyampaikan, kelompok radikal menjadikan ponpes sebagai basis penanaman pengajaran Islam versi mereka.
“Tumbuh kembangnya pesantren kategori radikal memang empirik. Ponpes tetap dijadikan oleh mereka (kelompok radikal, red) sebagai basis penanaman pengajaran Islam yang Puritan dan Skriptural untuk membangun masyarakat versi mereka demi tujuan formalisme Islam,” kata Dosen Agama Islam Universitas Indonesia (UI) ini, Senin 31 Januari 2022.
Baca juga: Pengamat: Kelompok Teroris Dirikan Ponpes di Masyarakat Desa yang Mayoritas NU
Menurut Soffa, membangun masyarakat versi mereka merupakan agenda yang tidak pernah mati. Guna mencapai agenda tersebut, kelompok radikal bahkan mendapat dukungan dari ‘luar’.
“Dukungan luar juga mempengaruhi tumbuh kembang pesantren mereka (kelompok radikal, red),” kata pemimpin Lembaga Daulat Bangsa (LDB) ini.
Soffa menyampaikan, mereka melakuakn itu karena melihat masyarakat muslim Indonesia sudah penuh dengan kebid’ahan, syirik, dan pola pikir yang sekuler.
“Sehingga mereka lebih bergerak ke pendidilan model pesantren yang dipandang lebih efektif,” ujarnya.
Oleh karena itu, menurur Soffa, negara sudah tepat memiliki definisi dan parameter soal kategori ponpes radikal. Menurut Soffa, tindakan itu juga sebagai pencegahan dan peringatan di tengah menjamurnya ekstremisme saat ini.
“Negara kita sudah sangat humanis dan demokratis sehingga pokok – pokok radikal bebas bisa berkembang di lembaga pendidikan. Karena itu, negara tidak boleh kalah oleh radikalismwe,” tutupnya.
Sebelumnya diberitakan, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah mengungkap sebanyak 198 ponpes terafiliasi dengan jaringan teroris.
Adapun kelompok radikal itu di antaranya Jamaah Ansharut Khilafah (JAK), Jamaah Islamiyah (JI), dan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Ratusan ponpes tersebut dibagi BNPT menjadi tiga kategori. Kategori pertama, ponpes memang memiliki ikatan dengan kelompok radikal.
Kategori kedua, ponpes terkoneksi dengan jaringan kelompok radikal karena ketidaktahuan. Kategori terakhir, berkamuflase dengan siasat menyembunyikan identitas dan agendanya.
HY
Sebagai anak bangsa harus nya lebih berhati2 dlm melakukan keg apapun itu … terlebih dg penilaian berbagai ohaknakan keberadaan dan faham yg menjadi panutan. Berkaca dr kejadian masa ke masa seharusnya bangsa ini sudah bisa memfilter mana yg hrs d oijak dan mana yg tidak…semua karena pengaruh sendi kehidupan baik dr dlm dan luar. Lebih bijak kiranya agar bangsa tetap berdiri kokoh kita saling mengedepankan toleransi jauhkan intoleransi…bahkan faham radikalisme….sesuatu akan lebih bermakna dg membuat sesuatu berguna bermanfaat bg orang lain dan bgs ini…byk pilihan tentunya …menetukan dg arif segalanya .