Techno

Tak Ada Jalur Cepat Untuk Merubah Iklim

Channel9.id-Jakarta. Studi terbaru melaporkan, Bumi membutuhkan waktu beberapa dekade sebelum pengurangan gas rumah kaca terjadi secara menyeluruh dan mengubah suhu global.

Para ilmuwan memprediksi bahwa perubahan tercepat kemungkinan terjadi di 2035, di mana mereka bisa melihat perubahan suhu yang signifikan secara statisti. Itu pun, tandas mereka, bila manusia juga mengambil tindakan untuk memerangi perubahan iklim.

Diketahui, 2035 menjadi target perubahan penurunan efek pemanasan global dengan penurunan suhu hingga 2 derajat Celcius, sesuai target Perjanjian Paris.

Namun, rupanya usaha untuk mencapai tujuan itu tidak dilakukan menyeluruh secara global. Jadi, kemungkinan target itu meleset.

“Saya melihat kekacauan ini datang ke tempat kami yang mengusahakannya (mencapai tujuan) dan kami tidak punya apa-apa untuk ditunjukkan. Ini akan memakan waktu,” ujar penulis utama studi ini, Bjørn Samset, dikutip dari The Verge.

Studi yang diterbitkan di jurnal Nature Communications ini melihat dampak dari pengurangan emisi karbon dioksida, karbon hitam, dan metana.

Karbon dioksida adalah gas rumah kaca terberat untuk ditangani, karena begitu banyak ekonomi dunia masih bergantung pada pembakaran bahan bakar fosil. Sementara, metana (rumah kaca yang lebih kuat yang berasal dari pertanian dan produksi gas alam) dan karbon hitam (komponen besar jelaga), secara teori, lebih mudah untuk dikurangi.

Menggunakan model iklim dan analisis statistik, Samset dan rekan-rekannya ingin mengetahui lebih jauh apakah bisa mengatasi polutan ini lebih cepat.

Analisa mereka berfokus pada efektif yang mungkin mengurangi metana dan karbon hitam. Mereka kemudian menemukan bahwa suhu mungkin merespons lebih cepat dalam menghilangkan polutan ini. Namun, belum tentu berdampak besar pada jangka panjang, misalnya, dalam menurunkan emisi karbon kita. Karenanya, upaya terbaik adalah mengatasi ketiganya sekaligus.

“Kami menelaahnya dan mencoba melihat, apakah ada jalan pintas? Adakah yang bisa kita lakukan untuk memberi tahu kepada khalayak bahwa segala sesuatu saling berkaitan? Dan sayangnya, jawabannya tidak. Juga, tidak ada cara cepat untuk perbaikan ini,” kata Samset.

Hal yang menjadi sebagian masalah adalah karbon dioksida bisa bertahan di atmosfer selama ratusan tahun, setelah dilepaskan dari bakaran batu bara, minyak, dan gas. Variasi alami dalam iklim juga dapat menunda dampak pengurangan emisi gas rumah kaca terhadap suhu global.

Sementara itu, seorang ilmuwan iklim di Cornell University Natalie Mahowald, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan hal berbeda.

“Ada kesalahpahaman mendasar tentang sistem iklim oleh para ilmuwan non iklim yang mencoba menggunakan tren pada skala waktu 10 tahun untuk perubahan iklim, padahal skala waktu perubahan iklim yang relvan itu 100 atau 200 tahun,” ungkapnya.

“Semua kerja keras kita hari ini, kita tidak akan dapat melihat selama 20 atau 30 tahun–ini adalah inti masalahnya,” kata Mahowald.

“Manusia sangat sulit melakukan sesuatu untuk generasi masa depan,” pungkasnya.

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2  +  6  =