Channel9.id-Jakarta. Tim mahasiswa asal Institut Teknologi Bandung (ITB) menjuarai Herbal Cosmetic Competition (HCC) 2021, dengan inovasi produknya yang dirancang untuk mengentaskan jerawat.
Tim Sains dan Teknologi Farmasi ITB Bandung ini terdiri dari tiga mahasiswi, Chelzsya Nurman, Rahmaditha Maharani dan Shafanisa Fadila. Serum temuannya, menawarkan solusi yang begitu relevan dengan masalah kebanyakan orang, terutama di masa pandemi COVID-19 ini—di mana penggunaan masker meningkatkan risiko timbulnya jerawat.
Rahmaditha Maharani, salah satu anggota tim, mengaku senang dan bersyukur produk herbal yang mereka kembangkan dengan nama Blissque itu bisa menjuarai kompetisi HCC 2021. “Karena usaha yang selama ini dilakukan terbayar dan bisa kami jadikan semangat, serta motivasi untuk ke depannya bisa memasarkan produk menjadi suatu brand kosmetik atau skincare,” tuturnya, saat dihubungi belum lama ini.
Baca juga: Inovasi Perawatan Wajah Terbaru Ini Bisa Atasi Jerawat
Perihal Blissque, mahasiswi Sekolah Farmasi ITB ini menjelaskan bahwa produk tersebut bekerja untuk mencegah timbulnya jerawat dengan khasiat anti-inflamasi dan antibakteri. Adapun yang ditonjolkan dari produk ini selama HCC ialah penggunaan bahan aktif herbal tamanu oil atau minyak nyamplung, yang belum banyak dikenal oleh masyarakat luas—selain sunset in jeju oil, peppermint oil dan rose water.
“Produk kami itu merupakan serum mikroemulsi, sehingga serum ini mudah menyerap ke dalam kulit dan walaupun menggunakan banyak jenis minyak, produk tidak terlalu greasy karena kandungan rose water yang lebih banyak,” jelas perempuan yang kerap disapa Ditha ini.
Ditha menuturkan bahwa pengembangan produk timnya berangkat dari masalah jerawat yang kerap dialami kebanyakan wanita di Indonesia hari ini, terutama untuk orang-orang yang memiliki kulit jenis acne-prone atau yang punya kecenderungan berjerawat. “Selain itu, sebagai mahasiswa farmasi, pengen juga terjun ke dunia kosmetik karena aku sendiri skincare dan cosmetic enthusiast,” imbuhnya.
Ia bercerita bahwa timnya sempat menghadapi berbagai lika-liku selama pengembangan produk, terutama di proses formulasi atau produksi. “Formulasi ini nggak langsung jadi. Banyak penambahan bahan-bahan dan revisi dari pre-formulasi yang udah dilakuin karena produknya itu nggak stabil, sempat kebentuk creaming di atas produk, berbusa, dan lain-lain,” tutur dia.
Tak hanya berhenti sebagai juara kompetisi, Ditha mengatakan bahwa ia dan dua orang kawannya, Chelzsya Nurman dan Shafanisa Fadhila, berencana untuk menjual produk garapan mereka. Namun, menurutnya, produk harus menempuh berbagai tahapan terlebih dahulu, termasuk mendapat sertifikasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) hingga akhirnya bisa meluas ke pasaran.
“Yang pertama harus dilakukan adalah uji stabilitas dan retained sample. Selain itu, ada uji efikasi atau khasiat. Selanjutnya, perlu dilakukan uji praklinis dan klinis untuk menjamin kualitas, khasiat, dan keamanan. Lalu barulah produk bisa dipasarkan setelah mendapat sertifikasi dari BPOM, yaitu berupa kode notifikasi dan sertifikat halal MUI,” tutur dia.
Ditha berharap produk Blissque bisa mendapat sertifikasi BPOM sehingga bisa diperjualkan secara luas dan bisa menjadi brand lokal yang punya daya saing. “Selain itu, ke depannya berharap memformulasikan produk selain serum, seperti toner, sabun cuci muka, dan lain-lain,” lanjut Ditha.
(LH)