Channel9.id – Jakarta. Korea Utara mengklaim bahwa seorang tentara Amerika Serikat yang melewati daerah perbatasannya adalah seorang tentara yang mencari perlindungan dari tindakan rasisme di pasukan AS, Rabu (16/8/2023).
Pernyataan tersebut merupakan pernyataan publik pertama dari Korea Utara mengenai isu Travis King. King sendiri masuk ke Korea Utara dari Korea Selatan saat sedang menjalani tur Area Keamanan Bersama (JSA).
Korea Utara mengatakan bahwa King mengakui ia masuk ke Korea Utara secara illegal dengan maksud untuk tinggal di sana.
“Dalam investigasinya, Travis King mengaku bahwa ia memutuskan untuk masuk ke Korea Utara karena ia merasakan perlakuan tidak manusiawi dan rasisme di angkatan bersenjata Amerika Serikat,” lapor KCNA.
“Ia juga mengekspresikan kesediaannya untuk mencari perlindungan di Korea Utara, negara ketiga. Ia mengatakan bahwa ia kecewa dengan Amerika,” lanjutnya.
KCNA melaporkan bahwa pria berusia 23 tahun itu sudah dalam pengawasan tentara Korea Utara. Selain itu investigasi perihal isu ini masih terus berlanjut.
King berhasil kabur ke Korea Utara ketika ia harus menjalani pendisiplinan. Hukuman ini dijatuhkan kepadanya karena perkelahiannya di bar yang berujung ia harus ditahan oleh polisi Korea Selatan.
Paman King, Myron Gates, mengatakan kepada ABC News bahwa keponakannya mengalami tindakan rasisme di AS. Ia melanjutkan bahwa King berubah setelah ia ditahan di penjara.
Amerika Serikat Sulit Menentukan Status King
Pentagon masih belum dapat memverifikasi komentar King yang dilaporkan oleh KCNA. Institut pertahanan AS itu menyatakan bahwa mereka hanya ingin fokus untuk keselamatan King sekembalinya ke Amerika.
Militer Amerika Serikat saat ini tengah kesulitan untuk mengklasifikasi status King. Sebagai tentara aktif Amerika Serikat, King adalah tahanan perang karena secara teknis Amerika Serikat dan Korea Utara masih berperang.
Baca juga: Korea Utara Ekspansi Militer sebagai Respon Latihan Amerika-Korsel.
Namun pejabat Amerika Serikat mengatakan bahwa keputusan King untuk masuk ke Korea Utara adalah karena keinginannya sendiri. Selain itu, ia juga mengenakan pakaian sipil saat masuk ke Korea Utara, yang mana hal ini membuat King tidak dapat diklasifikasikan sebagai tahanan perang.
(RAG)