LNG
Ekbis

Kajian AMDAL Rekomendasikan Terminal LNG Sidakarya, Aman

Channel9.id, Jakarta – Pembangunan terminal LNG (Liquefied Natural Gas) sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional di kawasan Pantai Sidakarya, Denpasar, terus mendapat dukungan dari berbagai pihak. Proyek ini digadang-gadang menjadi solusi energi bersih bagi Pulau Bali sekaligus membuka potensi pendapatan daerah yang berkelanjutan melalui keterlibatan BUMD Bali dalam konsorsium proyek.

Ketua Tim Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL), Iwan Setiawan, menyatakan bahwa proyek ini merupakan bagian dari upaya menjadikan Bali sebagai pulau berbasis energi bersih, dengan tetap menjaga keharmonisan lingkungan dan budaya lokal.

“LNG yang akan didatangkan dari luar negeri hanya akan mengalami proses fisik, yakni dari bentuk cair diubah menjadi gas tanpa reaksi kimia. Setelah itu, gas dialirkan melalui pipa menuju pembangkit listrik,” ujar Iwan dalam wawancara terkait perkembangan AMDAL proyek tersebut.

Namun demikian, Iwan menekankan pentingnya kajian lingkungan secara menyeluruh, terutama dalam tahap pendalaman alur laut yang memungkinkan kapal tanker LNG bersandar di Floating Storage Regasification Unit (FSRU), tempat konversi LNG menjadi gas.

Komitmen pada Perlindungan Lingkungan

Survei lingkungan menunjukkan bahwa area yang dipilih untuk pendalaman alur laut tidak mengandung ekosistem penting seperti terumbu karang, lamun, atau hutan mangrove. Lokasi tersebut juga merupakan bekas area pengerukan sebelumnya.

Untuk menjaga kualitas lingkungan, teknologi pengerukan modern seperti Trailing Suction Hopper Dredger (TSHD) akan digunakan guna meminimalkan kekeruhan air. Sistem kontrol kekeruhan dan pelindung tambahan seperti sheet screen akan diterapkan untuk mencegah penyebaran sedimen ke wilayah sensitif, termasuk area dengan terumbu karang di sekitarnya.

Iwan menambahkan bahwa hasil pengerukan tidak akan dibuang sia-sia. Material tersebut rencananya akan dimanfaatkan untuk menata wilayah perairan, termasuk mendukung aspirasi warga pesisir Sidakarya dalam penataan area persembahyangan yang lebih representatif dan aman dari pasang surut.

Sementara itu, kawasan mangrove tetap akan dilindungi secara ketat sebagai bagian dari konservasi dan pengembangan ekowisata mangrove yang kini tengah berkembang.

Manfaat Sosial dan Ekonomi Bagi Masyarakat

Selain aspek energi, proyek ini juga membawa dampak sosial-ekonomi yang positif. Meski operasional FSRU menggunakan teknologi tinggi dan tidak menyerap banyak tenaga kerja langsung, masyarakat sekitar tetap dilibatkan dalam penyediaan layanan pendukung seperti warung, transportasi laut, serta pengelolaan fasilitas sosial.

“Kami melibatkan warga lokal dalam berbagai aspek pendukung, sehingga mereka tetap mendapatkan manfaat ekonomi dari keberadaan proyek ini,” kata Iwan.

Ia juga menyampaikan bahwa kapal LNG hanya akan datang setiap 42 hari. Proses bongkar muat akan dilakukan dengan koordinasi ketat bersama otoritas pelabuhan dan Dinas Perhubungan agar tidak mengganggu aktivitas pelayaran dan wisata bahari.

Dengan pengoptimalan pelabuhan di Serangan dan Mertasari Intaran, distribusi kapal wisata juga diharapkan menjadi lebih merata, mengurangi kepadatan di Pelabuhan Sanur yang kini melayani hingga 7.000 penumpang per hari.

Pentingnya Sosialisasi dan Edukasi

Kekhawatiran masyarakat terhadap isu keselamatan, seperti potensi ledakan, direspons dengan pendekatan edukatif. Tim AMDAL melakukan sosialisasi berbasis data ilmiah dan membandingkan proyek serupa di negara lain yang telah terbukti aman.

“Melalui berbagai forum warga, terutama di Sidakarya, kami telah menjelaskan risiko yang ada serta sistem pengaman yang diterapkan. Prosedur operasi standar (SOP) telah dirancang sedemikian rupa, dan pemahaman masyarakat pun semakin baik bahwa ini adalah bagian dari transformasi energi Bali,” jelas Iwan.

Dengan sinergi antara pemerintah, BUMD, masyarakat, serta komitmen terhadap kelestarian lingkungan, proyek ini diharapkan menjadi tonggak menuju Bali yang bersih, mandiri dalam energi, dan kuat secara sosial ekonomi.

“Kita bukan sekadar membangun infrastruktur, tetapi sedang merancang masa depan Bali yang selaras antara energi, alam, dan budaya,” tutup Iwan dengan penuh keyakinan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

46  +    =  55