Channel9.id-Jakarta. Kandidat Presiden dari Partai Demokrat asal El Paso, Beto O’Rourke menuding Presiden Amerika Serikat Donald Trump atas meningkatnya kekerasan dan kejahatan karena kebencian.
O’Rourke mengomentari tragedi penembakan di El Paso Texas, yang menyebabkan 20 orang terbunuh dan sekurangnya 26 lainnya terluka pada penembakan massal yang terjadi di satu tempat perbelanjaan yang sedang padat. Tiga dari korban tewas merupakan warga negara Mexico.
Saat ditanya wartawan perihal andil dari pernyataan rasis yang sering dilontarkan Trump, O’Rourke mengatakan sejak Trump memimpin AS, kejahatan akan kebencian terus meningkat. O’Rourke juga menyebut Trump rasis.
“Kejahatan rasis meningkat selama tiga tahun terakhir, selama kita dipimpin oleh presiden yang menyebut orang Mexico adalah pemerkosa dan penjahat. Padahal imigran Mexico yang melakukan kejahatan jauh lebih sedikit dibanding mereka yang lahir disini. Trump mencoba membuat kita takut pada imigran, dengan efek dan konsekuensi nyata, melarang Muslim datang ke negara ini,” ujarnya sebagaimana dilaporkan reuters Minggu (4/8).
O’Rourke juga menyinggung perihal seruan rasis kepada empat wanita anggota Kongres Amerika, yang kebetulan bukan kulit putih.
“Seruan “kirim dia pulang” yang kita dengar di Greenvile, North Carolina, bicara buruk terhadap warga Amerika yang terpilih oleh konsituennya di Kongres, karena kebetulan mereka kulit berwarna. Dia seorang yang rasis dan dia memicu rasisme di negara ini. Hal ini tidak hanya melukai perasaan kita,tetapi juga secara fundamental mengubah negara ini dan hal ini mengarah kepada kekerasan,” tegasnya.
Sebagaimana diketahui, penembakan terjadi di Walmart pada Sabtu (3/8) waktu setempat, telah menewaskan 20 orang dan melukai 26 orang lainnya.
Polisi telah menahan Patrick Crusius, pria berusia 21 tahun, penduduk kota Allen, Dallas. Kepala Polisi Greg Allen yang memimpin penyelidikan menyebutkan masih menyelidiki manifesto dan berusaha mengkonfirmasi bahwa aksi tersebut dilakukan oleh pelaku tunggal.
Sementara Gubernur Texas Greg Abbott sebagaimana dikutip CNN, Sabtu (2/8) menggambarkan kejadian penembakan tersebut sebagai salah satu hari paling mematikan dalam sejarah Texas. “Kita sebagai bagian dari negara harus bersatu dalam mendukung para korban dan anggota keluarga mereka,” ujarnya.

The New York Times melaporkan manifesto pelaku penuh dengan kebencian yang mengarah kepada “invasi Hispanik ke Texas”.