Channel9.id, Jakarta – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menegaskan kesiapannya menjatuhkan perang ekonomi terhadap Rusia apabila konflik dengan Ukraina tidak segera dihentikan.
“Ini bukan akan menjadi perang dunia, tapi perang ekonomi. Dan perang ekonomi akan sangat buruk, terutama bagi Rusia. Saya tidak menginginkan itu, tapi jika harus dilakukan, saya siap,” kata Trump dalam rapat kabinet di Gedung Putih, sebagaimana dikutip Bloomberg, Rabu (27/8/2025).
Pernyataan tersebut disampaikan saat Trump ditanya apakah ada tenggat waktu bagi Presiden Vladimir Putin untuk menyetujui pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebelum Washington benar-benar memberlakukan sanksi yang telah lama diancamkan.
“Konsekuensi yang saya pikirkan sangat serius, bila saya terpaksa menjatuhkannya,” lanjut Trump, sembari menyinggung bahwa perang telah menelan ribuan korban jiwa setiap pekan.
Trump berulang kali berjanji akan mengakhiri perang Rusia–Ukraina sejak awal masa jabatannya. Namun, meski sempat ada harapan dari pertemuan bersejarah dengan Putin pada 15 Agustus di Anchorage, Alaska, konflik tetap berlanjut dan agenda pertemuan lanjutan belum juga terwujud.
Diplomasi berulang antara Trump, Putin, dan Zelensky sebelumnya sempat membuka peluang pertemuan langsung pertama kedua pemimpin sejak invasi penuh Rusia lebih dari tiga tahun lalu. Gedung Putih sempat menyebut Putin bersedia bertemu Zelensky, namun Kremlin hingga kini tidak pernah mengonfirmasinya. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, bahkan menegaskan bahwa pembahasan agenda pertemuan belum dilakukan.
Selain ancaman kepada Moskow, Trump juga menyinggung negara-negara yang membeli minyak Rusia. AS telah menggandakan tarif impor India menjadi 50% karena tetap membeli minyak dari Moskow. Meski demikian, Trump masih menahan diri untuk menerapkan sanksi serupa terhadap China dan beberapa negara lain.
Trump mengaku frustrasi dengan serangan Rusia yang terus berlanjut meski dirinya telah berbicara langsung dengan Putin. Namun ia juga mengkritik Zelensky, yang menurutnya kerap kurang berterima kasih atas dukungan AS dan dianggap menjadi hambatan bagi tercapainya perdamaian.
Menanggapi pernyataan Lavrov yang menyebut Putin tak akan menandatangani kesepakatan damai, Trump menilai hal itu bagian dari strategi diplomasi. “Semua pihak hanya sedang memainkan posisi,” ujarnya.
Trump sebelumnya mengusulkan penyelenggaraan KTT perdamaian pada 18 Agustus, setelah pertemuan dengan Zelensky dan para pemimpin Eropa di Gedung Putih. Pertemuan itu membahas paket jaminan keamanan untuk menciptakan perdamaian jangka panjang sekaligus mencegah invasi Rusia di masa depan.
Lima hari kemudian, pada 23 Agustus, Zelensky menyampaikan bahwa pihaknya akan segera mengumumkan paket jaminan keamanan baru yang didukung oleh AS dan mitra Eropa.