Channel9.id-Jakarta. Pada Selasa (17/8), Twitter memperkenalkan fitur yang memungkinkan pengguna untuk melaporkan informasi yang salah di platform dan menandainya sebagai “menyesatkan”.
Pengguna bisa melaporkan informasi yang salah melalui proses yang sama seperti pelecehan atau konten berbahaya lainnya, melalui menu dropdown di pojok kanan atas setiap tweet. Kemudian pengguna akan ditanya apakah tweet tersebut bersifat politis, terkait kesehatan, atau termasuk dalam kategori lain.
Baca juga: Twitter Hentikan Sementara Program Verifikasinya
Adapun fitur tersebut baru diuji coba di Amerika Serikat (AS), Australia, dan Korea Selatan. Twitter mengatakan bahwa uji coba ini akan dilakukan selama beberapa bulan, sebelum akhirnya merilisnya di wilayah lain.
Dikutip dari The Verge, Twitter mengatakan bahwa tak setiap laporan akan ditinjau selagi platform masih menguji coba fitur tersebut. Namun, data yang diperoleh dari uji coba tersebut membantu perusahaan untuk menentukan bagaimana fitur bisa diperluas. Selain itu, tes ini juga bisa mengidentifikasi tweet yang berisi informasi yang salah yang berpotensi menjadi viral.
Pada Juli lalu, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa platform media sosial seperti Facebook “membunuh orang” dengan informasi yang salah tentang vaksin COVID-19. Pernyataan ini disusul oleh kampanye dari Gedung Putih, yang menekan platform media sosial untuk lebih agresif menghapus informasi yang salah tentang virus Corona.
Kantor Ahli Bedah Umum AS menerbitkan sebuah laporan yang menguraikan cara-cara baru platform bisa melawan informasi yang salah terkait kesehatan. Laporan tersebut menyerukan “konsekuensi yang jelas untuk akun yang berulang kali melanggar” aturan platform. Pun diserukan bahwa perusahaan seperti Facebook dan Twitter mesti mendesain ulang algoritme mereka untuk “menghindari penguatan” informasi yang salah. Hal ini pun kemudian disusul pembuatan RUU yang menyebutkan akan menghapus Facebook dan media sosial lain jika mereka memperkuat informasi kesehatan yang berbahaya.
(LH)