Channel9.id, Jakarta – Laporan terbaru dari United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) menunjukkan realisasi investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) ke Indonesia pada tahun 2024 hanya mencapai US$24,21 miliar atau sekitar Rp363,18 triliun (dengan kurs APBN 2024: Rp15.000 per dolar AS). Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan data yang dirilis oleh Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang mencatat nilai FDI sebesar Rp900,2 triliun pada tahun yang sama.
Perbedaan tajam ini—sebesar Rp537 triliun—memunculkan pertanyaan publik mengenai metodologi penghitungan, transparansi, serta validitas data realisasi investasi di Indonesia.
Data UNCTAD tersebut tertuang dalam laporan World Investment Report 2025 yang dirilis pada Kamis (19/6/2025). Meski lebih rendah dibanding versi pemerintah Indonesia, UNCTAD mencatat adanya kenaikan 12,63% dibandingkan investasi asing ke Indonesia pada 2023, yang tercatat sebesar US$21,49 miliar.
UNCTAD menyusun statistik investasi berdasarkan berbagai sumber global seperti data resmi pemerintah negara anggota, aktivitas mergers and acquisitions (M&A) lintas negara, proyek greenfield, serta pembiayaan proyek internasional (IPF). Laporan ini menggunakan basis data dari The Financial Times Ltd, fDi Markets, serta LSEG Data & Analytics.
UNCTAD pun menjelaskan bahwa angka-angka ini secara statistik tidak dapat langsung disamakan dengan data FDI yang dicatat pemerintah berdasarkan neraca pembayaran dan realisasi proyek. “Misalnya, pengumuman proyek greenfield mencakup estimasi pengeluaran modal di masa depan, bukan arus aktual di tahun pelaporan,” tulis UNCTAD dalam laporannya.
Sementara itu, BKPM merujuk pada data realisasi proyek di lapangan yang diklaim mencerminkan arus modal aktual. Namun, hingga kini belum ada pernyataan resmi dari pihak BKPM atau pemerintah Indonesia yang merespons perbedaan signifikan ini.
Perbedaan mencolok antara dua lembaga besar ini menyoroti pentingnya penyeragaman metodologi dan transparansi data investasi, terlebih saat pemerintah tengah giat mempromosikan Indonesia sebagai tujuan investasi global di sektor hilirisasi dan energi terbarukan.