Channel9.id-Uni Eropa. Uni Eropa (UE) masih harus berdiskusi dengan Taliban tapi mereka tidak akan terburu-buru memberikan pengakuan formal sebagai penguasa baru di Afghanistan, ujar seorang pejabat senior Uni Eropa pada hari Rabu (2/9/2021).
Gunnar Wiegand, managing director untuk Asia dan daerah Pasifik, juga menyebutkan kalau Uni Eropa berencana untuk mengumpulkan sekitar 300 juta euro pada tahun ini dan tahun depan untuk memberikan tempat tinggal kepada 30,000 warga Afghanistan.
Wiegand juga mengatakan kalau hubungan UE dengan Taliban hanya akan terjadi jika kelompok tersebut bisa memenuhi standar UE, termasuk menghormati HAM dan memberikan akses bantuan kemanusiaan yang aman dan nyaman.
“Tak diragukan lagi diantara para anggota UE dan G7, mereka sadar kalau mereka harus mengadakan pertemuan dengan Taliban, mereka harus berkomunikasi dengan Taliban, mereka harus bisa mempengaruhi Taliban, mereka harus bisa memanfaatkan pengaruh yang kita punya,” ujar Wiegand.
“Tapi kita tidak akan terburu-buru mengakui kepemerintahan baru itu, ataupun membangun hubungan resmi dengan mereka,” serunya kepada para anggota parlemen UE di Brussels.
Wiegand mengungkapkan kalau saat ini masih belum jelas apakah Taliban dapat menjalan kepemerintahan secara efektif. Namun kunci untuk mendapatkan hubungan resmi dengan UE adalah terbangunnya pemerintahan yang inklusif dan representatif
Dua minggu setelah berhasil menguasai ibu kota Afghanistan, Kabul, Taliban masih belum mengumumkan nama dan mengenai bagaimana bentuk kepemerintahannya.
Wiegand juga menyebutkan syarat lainnya untuk UE mengakui Taliban adalah diizinkannya para warga Afghanistan yang ingin pergi meninggalkan negaranya, menahan diri dalam menghukum mereka yang dulu pernah bekerja dengan kepemerintahan sebelumnya atau negara-negara Barat, dan mencegah Afghanistan menjadi tanah para teroris.
Ada kekhawatiran kalau Eropa akan alami krisis migrasi karena ramainya imigran dari Afghanistan, seperti di tahun 2015-2016.
Wiegand mengungkapkan kalau UE rencana pengumpulan dana sekitar 300 juta euro pada tahun 2021 dan 2022 seharusnya dapat membantu sekitar 30,000 warga Afghanistan yang berimigrasi.
Dia juga menyerukan untuk diadakannya penelitian mengenai apa yang salah dari operasi mereka di Afghanistan selama 20 tahun, merujuk kepada proses evakuasi yang kacau setelah Taliban menguasai Kabul.
“Kita harus mengetahui mengapa situasi tersebut bisa terjadi. Kita harus mempelajari itu agar bisa belajar dari kesalahan tersebut,” tuturnya.
(RAG)