Channel9.id-Jakarta. Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta dan MGMP Sejarah Kabupaten Karawang menyelenggarakan kegiatan workshop kesejarahan dalam rangka kegiatan Pengabdian Masyarakat. Workshop ini merupakan kerjasama untuk tahun ketiga, berlangsung secara daring pada Kamis (30/9). Tema workshop kali ini adalah pendampingan penulisan toponimi Karawang.
Dalam sambutan kegiatan, Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNJ yang diwakili Dr. Umasih, M.Hum mengatakan bahwa kegiatan workshop ini adalah dalam rangka kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNJ.
“Workshop dalam bentuk pendampingan ini membuktikan sinergisitas antara perguruan tinggi dengan sekolah,”ujarnya.
Baca juga: Prodi Sejarah UNJ Beri Pelatihan Guru Karawang Perkuat Sejarah Lokal
Ketua MGMP Sejarah Tingkat SMA Kabupaten Karawang, Drs. Ateng Rasihuddin, M. Pd mengatakan bahwa kegiatan workshop ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan atau meng-upgrade pengetahuan kesejarahan dan pengajaran yang mendukung kemampuan professional guru sejarah di Karawang.
“Kerjasama antara Prodi Pendidikan Sejarah UNJ dengan MGMP Sejarah Karawang ini, perlu dilanjutkan, sekalipun tidak dalam skema pengabdian masyarakat,”tutur Ateng.
Pada paparan pertama, Dr. Abrar, M.Hum menyampaikan bahwa toponimi itu ikatan yang terpisahkan antara tempat dengan nama yang mengungkapkan geografi fisik, budaya, sejarah dan populasi. “Toponimi merupakan sebuah hal yang penting karena mencerminkan banyak hal dimasa lalu”, tutur Abrar.
Dr. M. Fakhruddin dalam paparan keduanya menyampaikan bahwa toponimi memberikan banyak manfaat sebagai sumber pembelajaran sejarah.
“Sekalipun Shakespeare mengatakan apalah arti sebuah nama, tetapi bagi masyarakat kita, dibalik nama itu ada harapan, ada titipan dan ingatan yang terdefinisikan lewat toponimi”, tambah Fakhruddin.
Pada paparan ketiga atau terakhir, Humaidi yang juga merupakan Koordinator Prodi Pendidikan Sejarah UNJ menjelaskan secara praktis penulisan toponimi. Humaidi menyatakan bahwa umumnya toponimi diambil dari sebuah nama yang melekat dalam alam pikiran masyarakat. Topinimi menggambarkan perkembangan wilayah, dinamika sosial dan budaya yang masyarakat.
Karenanya, sambung Humaidi, banyak topinimi mengambil nama tumbuhan (menteng, bidara, gambir), profesi (kemandoran, kemayoran, tanah kusir, pademangan), nama etnis (kampung melayu, kampung makassar, kampung bugis) serta posisi geografis (awalan ci, rawa, kidul, wetan dan sebagainya).
Workshop ini dikuti oleh 63 peserta yang berasal dari guru-guru sejarah SMA Se-Karawang. Para guru antusias mengikuti kegiatan yang kelak menghasilkan satu buku mengenai toponimi Karawang.