Channel9.id-Jakarta. Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menyelenggarakan pengukuhan 4 guru besar tetap pada Selasa 21 November 2023, di Aula Latief Hendraningrat Gedung Dewi Sartika, UNJ.
Empat guru besar tersebut masing-masing dua guru besar berasal dari Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) yaitu Prof. Dr. Samsudin, M.Pd yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Prof. Dr. Sukiri, M.Pd yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani.
Sementara dua guru besar lainnya dari Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) antara lain Prof. Eva Leiliyanti, S.S., M.Hum., Ph.D yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Literasi dan Kajian Budaya; dan Prof. Dr. Nuruddin, S.Ag., M.Ag yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Bahasa dan Sastra Arab.
Rektor UNJ Prof. Komarudin menyampaikan bahwa pengukuhan keempat Guru Besar yang berasal dari FIK serta FBS hari ini merupakan rangkaian prosesi pengukuhan yang keempat dari 22 orang Guru Besar yang akan dikukuhkan, pada gelaran tahap 2 ini. Dengan dikukuhkannya keempat guru besar FIK dan FBS hari ini, UNJ memiliki tambahan SDM dengan kepakaran di bidang Pembelajaran Pendidikan Jasmani; Literasi dan Kajian Budaya; serta Bahasa dan Sastra Arab.
”Semoga pencapaian ini memberikan inspirasi dan motivasi bagi para dosen lainnya untuk segera menjadi guru besar. Dengan banyaknya guru besar UNJ tentunya berimplikasi pada penguatan SDM UNJ, pemeringkatan, dan reputasi dalam menuju Internasionalisasi Perguruan Tinggi,” ujarnya.
Sementara itu Ketua Senat UNJ Prof. Hafid Abbas mengatakan, mengucapkan selamat kepada 4 guru besar tetap yang baru dilantik.
”Merupakan suatu karunia bagi bangsa ini khususnya bagi UNJ karena kita mendapatkan tambahan 4 guru besar baru di bidangnnya masing-masing yang tergolong langka di negeri ini, yang nantinya akan memberikan kontribusi yang signifikan pada kemajuan UNJ yang saat ini sedang berproses menjadi perguruan tinggi negeri berbadan hukum dan selanjutnya melangkah menjadi universitas berkelas dunia,” ungkapnya.
Prof Samsudin mengawali orasi ilmiah pertama dengan mengangkat judul “Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Era Merdeka Belajar”. Menurutnya, pembelajaran pendidikan jasmani di era Merdeka Belajar adalah pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dan kualitas individu baik dalam hal fisik, mental, dan emosional.
Pembelajaran pendidikan jasmani di era Merdeka Belajar dalam pelaksanaannya berpusat pada siswa dan menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran diantaranya pembelajaran bauran serta penilaian yang berbasis pada proses dan hasil belajar.
”Pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga merupakan aktivitas yang luar biasa, yang mampu mengasah dan menguji kemampuan individu dalam sebuah persaingan yang ketat (excellent), juga sebagai aktifitas yang mampu mendamaikan perselisihan demi persahabatan abadi (friendship and respect),” katanya.
Orasi kedua disampaikan oleh Prof. Sukiri dengan judul orasi “Strategi Pembelajaran Keterampilan Motorik dalam Pendidikan Jasmani”. Ia menyatakan dalam upaya meningkatkan kemampuan keterampilan motorik peserta didik, guru pendidikan jasmani harus memahami teori-teori tahapan pembelajaran keterampilan; proses terbentuknya motor program; formasi kelas; dan jenis media yang relevan.
”Dalam menentukan materi yang dipilih, guru harus memahami teori-teori mengenai teknik dasar berbagai cabang olahraga, terampil mengklasifikasikannya dari berbagai disiplin ilmu, misalnya biomekanika, belajar otorik, sistem energi dalam faal olahraga,” paparnya.
Lebih lanjut Prof. Sukiri menjelaskan, penguasaan disiplin ilmu pendukung sangat membantu guru pendidikan jasmani dalam menganalisis tugas gerak untuk dilakukan perbaikan, sehingga dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat.
Berikutnya orasi ketiga disampaikan oleh Prof. Eva yang menyampaikan orasi ilmiah dengan judul “Kelindan Linguistik, Literasi, Sastra dan Kajian Budaya”. Menurutnya, berbicara kelindan linguistik, literasi, sastra, dan kajian budaya secara etimologis berarti berbicara mengenai pindaian benang ranah disiplin ilmu linguistik, literasi, sastra, dan kajian budaya.
”Ada tiga contoh kelindan linguistik, literasi, sastra dan kajian budaya yang merupakan hasil penelitiannya. Di antaranya kelindan bidang pendidikan, lingkungan, dan interdisipliner (pertautan antara kajian linguistik dan budaya),” bebernya.
Dari ketiganya, Prof. Eva telah mengembangkan literasi kritis, literasi konservasi, dan literasi feminisme. Temuannya tersebut telah dimuat dalam berbagai jurnal internasional bereputasi terindeks Scopus Q1-Q2, WoS, dan terdaftar sebagai HKI.
Terakhir, orasi ilmiah disampaikan oleh Prof. Nuruddin dengan mengangkat judul “Sastra dan Perlawanan Bangsa Palestina (Semiotika dalam Puisi Karya Ibrahim Thuqan (w. 1941) dan Mahmud Darwisy (w. 2008))”.
”Ini sangat aktual, karena saat ini bangsa Palestina masih terus berjuang untuk merdeka. Mari kita doakan agar bangsa Palestina segera merdeka dan hidup berdampingan dengan bangsa-bangsa di dunia,” katanya.
Menurut Prof. Nuruddin, sastra merupakan refleksi terhadap realita sosial, budaya, dan politik. Salah satunya karya sastra perlawanan dari Ibrahim Thuqan (w. 1941) dan Mahmud Darwisy (w. 2008)” yang mengisahkan perlawanan bangsa Palestina terhadap zionis Israel yang telah menindas dan merebut tanah air Palestina.
Baca juga: Pengukuhan 4 Guru Besar FE UNJ dalam Bidang Manajemen dan Akuntansi
Sebagaimana para pejuang di medan perang, para sastrawan Palestina melalui karya sastra yang mereka ciptakan mampu membakar api perjuangan rakyat Palestina di dalam melakukan perlawanan terhadap kedhaliman zionis Israel. Puisi-puisi dari Ibrahim Thuqan dan Mahmud Darwisy menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan penderitaan dan ketidakadilan yang dialami rakyat Palestina.