Channel9.id-Jakarta. Twitter baru meluncurkan produk berlangganan barunya, Twitter Blue. Produk ini menjanjikan Twitter yang bisa disesuaikan, cenderung tanpa hambatan, dan sederhana. Bahkan lebih baik dari yang ada saat ini. Untuk mengakses produk ini, pengguna akan dikenakan USD2,99 atau sekitar Rp42 ribu per bulan.
Dilansir dari The Verge, Perusahaan merinci deretan hal yang termasuk dalam langganan Twitter Blue, antara lain: artikel bebas iklan (dari Scroll), artikel teratas (dari Nuzzel), tema, bookmark folder, navigasi yang bisa disesuaikan, tombol “undo tweet”, mode pembaca untuk membaca utas, dan Twitter Blue Labs untuk fitur akses awal, termasuk video yang lebih panjang dan DM yang disematkan.
Baca juga: Twitter Bentuk Tim Khusus Kripto
Dari deretan akses itu, ada dua kategori berbeda: fitur yang meningkatkan atau mendukung jurnalisme dan berita dalam beberapa cara dan fitur yang membuat aplikasi Twitter lebih baik atau lebih mudah digunakan.
Kemampuan untuk memperbaiki salah ketik di Twitter memang diperlukan oleh para pengguna. Atau paling tidak, perusahaan harus memperbaiki jika ada salah ketik, terutama untuk utas yang sudah dibuat namun kacau. Diketahui, sejauh sudah ada banyak permintaan dari layanan pihak ketiga, Pembaca Utas, untuk mencoba dan mengatasi kekacauan tersebut.
Namun, alih-alih memperbaiki masalah tersebut, Twitter Blue malah menghadirkan fitur seperti tombol “undo tweet”, mode pembaca untuk utas, atau kemampuan untuk mengedit bilah navigasi—yang merupakan peningkatan dasar. Namun, perusahaan hanya membatasi kemampuan ini untuk pengguna yang bersedia membayar.
Sebagaimana unggahan resmi Twitter, tujuan Blue ialah membuat Twitter menjadi tanpa hambatan dan lebih baik. Namun, dengan menjadikannya produk berlangganan, Twitter cenderung membiarkan sebagian besar pengguna merasakan fitur gratisnya yang buruk.
Twitter telah lama membiarkan sebagian besar kemandekan di platformnya, dengan perubahan tak jelas seperti membuat “fleet” untuk mengejar Instagram, dan Tweetdeck beta yang kontroversial. Kini, perusahaan menghadirkan fitur-fitur dasar, namun malah minta bayaran. Adapun kemampuan untuk memperbaiki utas Twitter yang buruk seharusnya merupakan kemampuan default, dan tak harus dipungut biaya.
Fitur dari Scroll dan Nuzzel lebih masuk akal jika membebankan biaya. Adapun bayaran pengguna bisa mensubsidi dan mendukung jurnalisme bebas iklan.
Ini masih sangat awal untuk Twitter Blue. Jadi masih ada banyak waktu bagi Twitter untuk meningkatkan layanan, meluncurkan lebih banyak fungsi, dan memperluas apa layanan berlangganannya. Namun, untuk saat ini, tampaknya Twitter Blue terjebak di antara ambisi berita dan perebutan uang.
Adapun di tahap awal ini, perusahaan baru menghadirkan Twitter Blue di Amerika Serikat.
(LH)