Channel9.id-Jakarta. Berlanjutnya ketegangan hubungan dagang dan sejumlah risiko geopolitik makin menekan volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia. Bank Indonesia (BI) menyatakan akan terus memantau perkembangan di lingkungan global tersebut.
Direktur Komunikasi BI, Junanto Herdiawan, juga menegaskan, perekonomian AS tumbuh melambat akibat menurunnya ekspor dan juga investasi nonresidensial. “Pelambatan juga masih dialami kawasan ekonomi penting lainnya,” ujar Junanto, di Jakarta, Kamis (22/8).
Pertumbuhan ekonomi Eropa, Jepang, Tiongkok dan India juga lebih rendah dipengaruhi penurunan kinerja sektor eksternal serta permintaan domestik.
Pelemahan ekonomi global terus menekan harga komoditas, termasuk harga minyak.
Untuk merespons dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut, berbagai negara melakukan stimulus fiskal dan memperlonggar kebijakan moneter, termasuk bank sentral AS yang pada Juli 2019 telah menurunkan suku bunga kebijakannya.
Ketidakpastian pasar keuangan global juga berlanjut dan mendorong pergeseran penempatan dana global ke aset yang dianggap aman seperti obligasi pemerintah AS dan Jepang, serta komoditas emas.
Dinamika ekonomi global tersebut perlu dipertimbangkan dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga arus masuk modal asing sebagai penopang stabilitas eksternal.
Meski tumbuh melambat, kondisi ekonomi saat ini berbeda dengan awal mulai krisis ekonomi global pada satu dekade silam. Kala itu, sektor keuangan memompa pembiayaan dan derivatif yang cukup besar. Buntutnya, terjadi kegagalan likuiditas.
Sementara, saat ini, masalah perekonomian berfokus sulitnya aliran modal masuk karena perang dagang yang diserukan AS. Progres penyelesaian perang dagang yang maju mundur memicu ketidakpastian yang mempengaruhi persepsi investor.