Opini

Waduh, Si Kaya Makin Kaya di Indonesia

Oleh: Awallil Rizky*

Channel9.id-Jakarta. “Yang kaya makin kaya…” merupakan salah satu bait syair lagu Rhoma Irama berjudul “Indonesia” yang dirilis pada tahun 1981. Hal itu tampaknya benar-benar terjadi selama satu dekade terakhir ini.

Perkembangan kekayaan orang pada banyak negara di seluruh dunia secara rutin dicermati dan dipublikasi oleh Credit Suisse. Laporannya yang dikenal luas adalah the Global wealth reports dan Global wealth databook yang dikeluarkan tiap tahun. Data tentang Indonesia, termasuk dalam laporan tersebut.

Kekayaan (wealth) penduduk Indonesia dilaporkan bertambah selama periode 2010-2019, dari US$1,12 triliun menjadi US$1,82 triliun. Rata-rata kekayaan penduduk dewasa Indonesia pun meningkat. Dari US$7.461 pada tahun 2010 menjadi US$10.545 pada tahun 2019. Sebagai tambahan informasi, rata-ratanya pada tahun 2000 masih sebesar US$2.952.

Kenaikan kekayaan dilihat dari masing-masing kelompok penduduk tampak tidak merata. Akibatnya, porsi kelompok terbawah cenderung berkurang dan kelompok teratas cenderung bertambah. Porsi 40% terbawah (desil 1-4) turun dari 2,6% (2010) menjadi 1,5% (2019) dari total kekayaan. Sedangkan porsi 30% teratas (desil 7-10) mengalami kenaikan, dari 87,1% menjadi 91,7%.

Kekayaan tidak sama dengan pendapatan atau pengeluaran. Kekayaan mencakup aset finansial dan aset nonfinansial, seperti tanah, rumah, mobil, dan lainnya.

Kenaikan kekayaan signifikan terjadi pada 10% kelompok teratas atau kelompok desil satu. Porsinya meningkat dari 66,8% (2010) menjadi 74,1% (2019) dari total kekayaan. Meski demikian, porsinya sedikit menurun selama beberapa tahun terakhir.

Jumlah jutawan, yaitu mereka yang memiliki kekayaan di atas satu juta dolar, dilaporkan cenderung bertambah. Dari 60 ribu orang pada tahun 2010, menjadi 98 ribu orang pada tahu 2014, hingga mencapai 106 ribu orang pada tahun 2019.

Pada saat bersamaan, mereka yang memiliki kekayaan di bawah US$10 ribu ternyata meningkat, dari 116,73 juta orang menjadi 141,12 juta orang. Secara proporsi, terjadi peningkatan kelompok ini, dari 77,80% (2010) menjadi 81,60% (2019).

Perlu diperhatikan bahwa rata-rata kekayaan penduduk dewasa Indonesia pada tahun 2019 adalah US$10.545. Artinya 82% dari mereka memiliki kekayaan di bawah rata-rata nasional. Terkonfirmasi pula dari nilai median, nilai kekayaan di posisi tengah jika diurutkan, yang hanya sebesar US$1.977.

Publik banyak pula mengetahui tentang daftar orang terkaya versi majalah Forbes. Tim dari majalah itu melakukan investagasi dan perhitungan, kemudian mempublikasikan daftar orang terkaya di dunia, di kawasan dan pada suatu negara. Sebagian nama pada daftar dalam peringkat itu adalah perorangan, dan sebagian lagi dinyatakan sebagai keluarga.

Nilai kekayaan 50 orang terkaya Indonesia pada tahun 2019 tercatat sebesar US$134,6 miliar. Angka tersebut bertambah US$5,6 miliar dibanding tahun 2018. Dapat pula dibandingkan dengan nilai 40 orang terkaya versi majalah yang sama pada tahun 2010, yang masih sebesar US$71 miliar.

Dilaporkan pula bahwa dalam 10 peringkat teratas pada tahun 2019, tidak ada nama baru yang masuk dibanding daftar tahun 2018. Hanya ada perubahan nilai dan peringkat diantara mereka.

Tercatat yang paling kaya adalah Hartono bersaudara dengan total kekayaan mencapai US$37,3 miliar. Kekayaannya bertambah US$ 2,3 miliar dibanding tahun 2018. Kekayaannya naik lebih dari tiga kali dari tahun 2010 yang baru mencapai US$11 miliar. Kala itu sudah menjadi peringkat satu.

Lonjakan aset amat pesat dicatat oleh Prajogo Pangestu, yang bertambah US$4,6 miliar selama setahun. Naik peringkat dari urutan kesepuluh menjadi ketiga. Kekayaannya bahkan meningkat lebih dari 16 kali lipat dibanding tahun 2010. Kala itu, Prajogo masih berada di urutan ke 40.

Kenaikan kekayaan kelompok atas tercermin pula dari perkembangan simpanan pada bank umum, yang datanya dirilis oleh Lembaga Penjamin Simpanan. Pada akhir September 2019 tercatat rekening (tabungan, giro, deposito) yang bernominal lebih dari Rp5 miliar rupiah berjumlah Rp2.843,56 triliun. Jumlah rekening yang “hanya” sekitar 100 ribu itu bernilai sekitar 47,52% dari total simpanan di bank umum.

Nilai rekening yang demikian meningkat sekitar 4,76 kali lipat dibanding September 2008. Sedangkan rata-rata kenaikan nilai seluruh simpanan pada kurun waktu yang sama, hanya 3,72 kali lipat.

Dari uraian di atas, bait syair Rhoma tampak terbukti selama satu dekade terakhir. Bahwa yang kaya menjadi makin kaya.

Berita baiknya, lanjutan bait lagu, “yang miskin makin miskin”, tampaknya tidak terbukti. Berbagai indikator kemiskinan dari BPS memperlihatkan perbaikan. Sayang, perbaikannya belum cukup menggembirakan, apalagi memuaskan.

Salah satu tujuan kemerdekaan Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum. Bukan untuk sekelompok orang saja, apalagi jika sedikit orang. Tidak masalah jika ada yang sangat kaya dan makin kaya. Seharusnya diimbangi oleh peningkatan kekayaan sebagian besar rakyat Indonesia.     

*Chief Economist Institut Harkat Negeri (IHN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

73  +    =  83