Channel9.id-Jakarta. Para penentang kudeta militer Myanmar akan terus melakukan aksi damainya pada hari Selasa (9/2/2021), walaupun ada larangan untuk melakukan pertemuan besar dan diberlakukannya jam malam. Penutupan jalan juga diterapkan untuk mengontrol demo di Myanmar.
Pusat kota Yangon nampak sepi di hari Selasa jam 8 pagi. Warga Myanmar tetap akan berdemo, namun rumor akan datangnya militer Myanmar membuat suasana disana menjadi tidak nyaman.
“Hari ini saya dengar para militer akan kesini dari Naypyidaw, tapi itu saja tak cukup untuk menghentikan demo hari ini,” kata Win, 37, seorang penjual makanan tradisional Myanmar yang sedang membeli balon sebagai simbol perlawanan. “Saya akan ikut berunjuk rasa,” tambahnya.
Baca juga : Kudeta Militer di Myanmar, Presiden Jokowi dan PM Muhyiddin Yassin Dorong Pertemuan Menlu ASEAN
Pada Selasa pagi, beberapa pengunjuk rasa mengendarai motornya di kota Dala, kota dari seberang sungai pusat kota, mengklakson motornya berkali-kali sambil mengangkat tangannya dan memberikan salam tiga jari sebagai tanda perlawanan.
“Kami akan terus berjuang,” ujar Maung Saungkha, aktivis muda, yang menyerukan untuk membebaskan tahanan politik dan “kehancuran total kediktatoran” serta penghapusan konstitusi yang memberikan militer Myanmar hak veto di parlemen.
Pada hari senin, larangan untuk berkumpul lebih dari empat orang diberlakukan. Lewat media sosial, para pengunjuk rasa menyerukan bahwa mereka harus tetap menyerukan perlawanan walaupun hanya empat orang. Mereka yakin bahwa dengan semua orang terus menyerukan suaranya, perjuangan akan tetap menyala, walaupun hanya berempat.
Kudeta 1 Februari 2021 dan penangkapan Aung San Suu Kyi memicu demo besar-besaran selama tiga hari di Myanmar. Gerakan unjuk rasa yang terus meningkat ini mempengaruhi rumah sakit, sekolah, dan kantor-kantor pemerintah.
(RAG)