Kilas Balik Sejarah Lahirnya TNI dan Urgensinya bagi Negara
Opini

Women Empowerment: Transformasi Peran Perempuan Indonesia dari Masa Ke Masa

Oleh: Eva Riana Rusdi*

Channel9.id-Jakarta. Di balik kemerdekaan Indonesia yang kita nikmati hari ini, tersimpan kisah perjuangan para perempuan tangguh yang sering terlupakan. Mereka bukan hanya mengangkat senjata di medan perang, tetapi juga berjuang melalui pendidikan, politik, dan gerakan sosial. Dari pegunungan Aceh hingga dataran Jawa, perempuan Indonesia telah membuktikan bahwa semangat juang tak mengenal gender.

Sejarah perjuangan perempuan Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perjalanan bangsa menuju kemerdekaan. R.A. Kartini, yang dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita, membuka jalan bagi pendidikan perempuan melalui sekolah yang didirikannya pada awal abad ke-20. Pemikirannya yang progresif tentang kesetaraan gender menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya.

Dewi Sartika di Jawa Barat mendirikan Sekolah Istri pada 1904, memberikan kesempatan pendidikan bagi perempuan Sunda. Sementara itu, Cut Nyak Dien dan Cut Meutia menunjukkan keberanian luar biasa dalam memimpin perlawanan terhadap kolonialisme Belanda di Aceh.

Dalam pergerakan nasional, organisasi wanita seperti Aisyiyah (1917) dan Kongres Perempuan Indonesia (1928) menjadi wadah perjuangan hak-hak perempuan. Mereka tidak hanya berjuang untuk kemerdekaan bangsa, tetapi juga untuk kesetaraan dalam pendidikan, politik, dan sosial.

Pasca kemerdekaan, peran perempuan semakin kuat dengan munculnya tokoh-tokoh seperti S.K. Trimurti yang menjadi Menteri Perburuhan pertama dan Maria Ulfah Santoso yang memperjuangkan hak-hak perempuan dalam konstitusi Indonesia. Perjuangan mereka telah membuka jalan bagi generasi perempuan Indonesia masa kini untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai bidang kehidupan.

Makna Peringatan Hari Ibu Nasional

Hari Ibu Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Desember memiliki akar sejarah yang mendalam dalam perjuangan perempuan Indonesia. Tanggal ini dipilih untuk mengenang Kongres Perempuan Indonesia pertama pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta, yang menjadi tonggak penting dalam sejarah pergerakan perempuan Indonesia.

Berbeda dengan Mother’s Day internasional, Hari Ibu di Indonesia bukan sekadar perayaan untuk mengapresiasi sosok ibu, tetapi merupakan pengakuan terhadap peran vital perempuan dalam pembangunan bangsa. Kongres bersejarah tersebut membahas isu-isu krusial seperti pendidikan perempuan, perkawinan anak, dan peran perempuan dalam politik.

Di era modern, peringatan Hari Ibu menjadi momentum untuk merefleksikan pencapaian perempuan Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan. Makna Hari Ibu telah berkembang menjadi simbol pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender, dan pengakuan terhadap kontribusi perempuan dalam keluarga, masyarakat, dan negara.

Peringatan ini juga mengingatkan kita akan pentingnya melanjutkan perjuangan untuk kesejahteraan perempuan Indonesia, termasuk akses pendidikan, kesehatan, dan kesetaraan kesempatan dalam berbagai aspek kehidupan.

Transformasi Peran Perempuan Indonesia Masa Kini

Era digital telah membuka lembaran baru bagi pemberdayaan perempuan Indonesia. Dari ruang kelas hingga ruang boardroom, dari industri kreatif hingga teknologi, perempuan Indonesia kini mengambil peran yang semakin signifikan dalam pembangunan bangsa.

Di sektor pendidikan tinggi, jumlah mahasiswi telah mencapai kesetaraan dengan mahasiswa. Banyak perempuan Indonesia yang kini memimpin startup teknologi, menduduki posisi eksekutif di perusahaan multinasional, dan menjadi inovator di berbagai bidang. Kehadiran platform digital juga telah memberdayakan perempuan untuk membangun usaha dari rumah, menciptakan keseimbangan antara peran domestik dan profesional.

Dalam ranah politik, representasi perempuan di parlemen terus meningkat. Kuota 30% keterwakilan perempuan dalam politik menjadi langkah awal menuju kesetaraan yang lebih besar. Semakin banyak perempuan yang menjabat sebagai kepala daerah, menteri, dan pemimpin organisasi.

Di bidang sosial, gerakan feminisme dan advokasi hak-hak perempuan semakin menguat melalui media sosial. Isu-isu seperti kekerasan berbasis gender, kesehatan reproduksi, dan kesetaraan upah mendapat perhatian lebih besar dari masyarakat dan pembuat kebijakan.

Pemberdayaan Perempuan Antara Potensi, Tantangan dan Harapan

Potensi perempuan Indonesia kini semakin terbuka lebar. Data menunjukkan bahwa 60% lulusan perguruan tinggi adalah perempuan. Di sektor UMKM, lebih dari 64% usaha dikelola oleh perempuan, menunjukkan peran vital mereka dalam ekonomi nasional. Kehadiran teknologi digital membuka akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan pasar yang lebih luas.

Namun, tantangan masih menghadang. Kesenjangan upah gender masih mencapai 30%, sementara beban ganda antara karier dan domestik membatasi potensi perempuan. Di daerah rural, akses terhadap pendidikan dan kesehatan reproduksi masih terbatas. Kekerasan berbasis gender dan perkawinan anak masih menjadi isu serius.

Di tengah tantangan ini, harapan tetap tumbuh. Kebijakan afirmatif seperti kuota politik 30% membuka jalan bagi kepemimpinan perempuan. Program pemberdayaan ekonomi khusus perempuan dari pemerintah dan swasta terus berkembang. Gerakan sosial dan aktivisme digital memperkuat advokasi hak-hak perempuan.

Masa depan pemberdayaan perempuan Indonesia bergantung pada sinergi berbagai pihak. Pemerintah perlu memperkuat kebijakan pro-gender, sektor swasta dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif, dan masyarakat sipil harus terus mengawal isu kesetaraan. Dengan komitmen bersama, potensi perempuan Indonesia dapat sepenuhnya terwujud, menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.

Setiap langkah menuju kesetaraan adalah jejak yang kita tinggalkan untuk generasi mendatang. Mari kita ingat bahwa memberdayakan perempuan berarti memperkuat fondasi bangsa. Ketika perempuan bangkit, keluarga sejahtera, masyarakat maju, dan negara berkembang. Inilah saatnya kita semua bergerak bersama, karena perjuangan untuk kesetaraan adalah perjuangan untuk kemanusiaan. Masa depan yang cerah menanti di cakrawala – masa depan di mana setiap anak perempuan Indonesia dapat bermimpi tanpa batas dan mewujudkannya tanpa hambatan.

Baca juga: Metamorfosis Peran Guru Indonesia: Dari Era Kolonial hingga Revolusi Digital

*Kandidat Doktor Ilmu Sejarah Universitas Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

13  +    =  17