Nasional

Yunarto Wijaya Sebut Kerumitan Pemilu 2024, Tidak Ada Perdebatan Substantif

Channel9.id – Jakarta. Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya bicara mengenai dinamika politik menjelang pemilu 2024 dengan membandingkan pengalaman pemilu 2017 dan 2019. Menurutnya hal itu diperburuk dengan diskusi politik yang tidak substantif.

Yunarto turut menjadi narasumber dalam forum diskusi jumat pertama di rumah pergerakan Griya Gusdur, Mentang, Jakarta Pusat pada Jumat (1/9/2023). Yunarto menjadi narasumber bersama Musisi Mike Marjinal, Anggota KPU RI Idham Holik, Ketua Bawaslu Ramhat Bagja, dan Putri Presiden Abdurahman Wahid, Inayah Wahid.

Yunarto mengawali pemaparan materinya dengan membahas kesulitan memahami trend pemilu 2024. “Harus saya mulai dengan pengakuan ‘rumit’. Jauh lebih di 2018, panas DKI dan was there. Tapi kalau bicara kerumitan jauh lebih rumit,” ucapnya.

Salah satu aspek yang ia sorot adalah fenomena second term curse dalam politik Amerika. Hal tersebut merujuk pada dinamika pemimpin politik yang menjabat periode kedua menghadapi tantangan ekonomi atau penurunan kepuasan publik. Sedangkan dalam hal ini, kepuasaan publik terhadap presiden Joko Widodo tinggi.

“Kita masuk tahun pemilu dengan modal kepuasan publik Jokowi sangat tinggi. Biasanya udah mau pension mulai turun. Biasanya disebabkan oleh, kalau udah mau pension wibawanya berkurang,” katanya menambahkan.

“Stakeholder memberontak, kena covid, gue bilang beneran ada. Bubar jalan nih, mengerikan. Tapi ternyata dengan berbagai penjelasan kepuasan publik ini ada di 76-80 persenan. Highest in the world,” ucapnya.

Kendati demikian, ia menambahkan perspektif kritis terhadap hal ini. Menurutnya hal ini mengandalkan faktor emosional semata.

“Walaupun catatan kritisnya bukan dari kinerja. Ini yang jarang dibuka, ada data-data yang kita uji. Apakah puas dengan pemerintah Jokowi, apakah bapak ibu puas dengan bidang hukum. Atau misalnya pemberantasan korupsi. Gapnya jauh, terhadap bidang hukum 60%. Pemberantasan korupsi ga sampe 60%,” bebernya

“Ini adalah faktor emosional bukan rasional. Ini akan jadi beban penerus Jokowi. Kalau analogi orang, dibanding-bandingkan dengan mantan. Mantan saya gini dulu dan segala macem,” ujarnya

Sehingga perlunya diskusi publik mengenai politik yang substantif. Yunarto menyebut bahwa berbagai calon pejabat publik ini tidak membahas persoalan substantif. “Gak ada perdebatannya mengenai hilirisasi. Gak ada soal middle income trap,” pungkasnya.

Baca juga: Rektor UNJ Sebut Kampus Harus Ciptakan Ruang Dialog Ilmiah untuk Pemilu 2024

BHR

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  54  =  63