Techno

Zoomboming, Saat Penyusup Masuk Grup Video Tatap Muka

Channel9.id-Jakarta. Banyak perusahaan atau kantor yang menerapkan kerja di rumah atau work from home (WFH) selama pandemi virus Corona masih mewabah.

Di tengah kondisi in, penggunaan aplikasi video tatap muka menjadi dibutuhkan untuk berinteraksi dengan kolega. Salah satu aplikasi yang populer ialah Zoom. Namun, belakangan ia terlibat kasus isu privasi.

Selain data pengguna Zoom dijual kepada peretas, baru-baru ini muncul fenomena zoombombing. Istilah ini muncul setelah kian maraknya serangan gangguan dari luar saat menggunakan fasilitas Zoom, seperti membajak konferensi dengan mengirim gambar pornografi atau ujaran kebencian, bahkan ancaman. Hal itu tentu mengganggu kenyamanan berjalannya interaksi sosial online yang sedang dilakukan.

Hal itu terjadi pada diskusi online Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas) pada Kamis (16/4). Saat diskusi, tiba-tiba ada peserta memunculkan adegan mesum. Kejadian zoombombing itu lantas mengganggu kelancaran diskusi.

Kiranya melakukan zommbombing terbilang mudah, lantaran ID rapat online bisa diketahui dengan mudah. Karena didera banyak protes akibat zoombombing, Zoom akhirnya memutuskan untuk menyembunyikan ID tersebut.

Merespons kemunculan zoombombing, perusahaan yang dipimpin Eric S. Yuan ini akan menyembunyikan ID rapat Zoom dengan tidak muncul lagi di bagian atas layar. Dengan menyembunyikan ID, para peserta rapat terlindungi dan terhindar dari orang tak diundang saat diskusi. Namun, zoombombing masih bisa saja terjadi jika ID dan password rapat online dan juga host tidak melakukan moderasi peserta rapatnya.

Menurut pakar internet security dari Vaksincom Alfons Tanujaya, zoombombing di diskusi Wantiknas kemungkinan kecerobohan admin diskusi. Pasalnya, Zoom telah memiliki fitur moderasi yang menyortir siapa yang bisa bergabung ke dalam video conference.”Adminnya harus aktif ngejagain siapa yang masuk. Kan sebelum masuk ada waiting room sebelum di-approved. Kemungkinan admin menyetujui siapapun yang mau masuk,” ujarnya.

“Bisa jadi kesalahan admin. Tidak kenal orang asing kenapa diperbolehkan masuk. Adanya fitur waiting room kan bisa mengontrol siapa yang ikut. Bahkan Zoom bisa membatasi share screen,” imbunya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Wantiknas Gerry Firmansyah menjelaskan, setiap peserta yang masuk akan ditampung dahulu di waiting room sebelum masuk acara. Hanya peserta yang di-approved yang dapat masuk ke meeting tersebut. Bila host tidak meng-approve, maka akun yang tidak diinginkan, tidak akan bergabung.

“Sepertinya ada peserta yang mendaftar menggunakan ID orang lain setelah di-approved, dan setelah acara berjalan merubah namanya kemudian melakukan gangguan. Kami sedang coba telusuri,” ujarnya.

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

8  +  2  =