Penyerangan KKB, Pendeta Elias Erbaye Jadi Korban Saat Lindungi Warga Pendatang
Hot Topic Nasional

Penyerangan KKB, Pendeta Elias Erbaye Jadi Korban Saat Lindungi Warga Pendatang

Channel9.id – Jakarta. Ketua Sinode GKII Pendeta Daniel Ronda mengutuk keras tindakan penyerangan KKB yang menewaskan 10 warga sipil di Kampung Nonggolait, Kabupaten Nduga, Papua beberapa waktu lali.

Pihaknya juga menyampaikan dukacita atas meninggalnya pendeta GKII yakni pendeta Elias Erbaye yang merupakan korban penyerangan keji tersebut.

Daniel menyampaikan, Pendeta Elias Erbaye meninggal dunia saat melindungi warga pendatang. Tindakan Pendeta Elias membuktikan bahwa warga Papua tidak membedakan siapa-siapa.

Baca juga: Amnesty International Indonesia: Penyerangan KKB Terhadap Warga Sipil Insiden Terparah, Usut dan Adili Pelakunya

“Pendeta Elias membuktikan bahwa bangsa Papua tidak membedakan siapa-siapa. Karena dia tertembak saat melindungi pendatang. Ini konfirmasi lapangan,” ujar Daniel dalam diskusi PGI, Selasa 19 Juli 2022.

Daniel menyampaikan, pihaknya mengutuk tindakan keras penyerangan yang dilakukan kepada warga sipil terutama tokoh agama. Dia pun berharap negara sungguh-sungguh melindungi warga sipil dan simbol dalam masyarakat.

Di samping itu, Daniel juga meminta aparat keamanan tidak mencurigai pihak Gereja melindungi KKB. Daniel menegaskan, dalam konflik bersenjata antara pemerintah dan KKB, gereja dalam posisi netral. Namun, sifat netral itu bukan berarti gereja mengkhianati negara.

“Di sisi lain, ketika kami berkontak dengan aparat kemanan kami menjadi sasaran KKB. Ini menjadi dilema. Karena itu negara harus memberikan perhatian terhadap masalah ini,” kata Daniel.

Daniel meminta aparat keamanan tidak menyederhakan kasus ini sebagai kasus kriminal. Namun, dia meminta supaya pemerintah menyelesaikan konflik ini dengan pendekatan humanis.

“Perlu ada upaya damai yang dilakukan dan tidak menggunakan media di Indonesia untuk melakukan perang di media. Sehingga, DPR tidak dengan sembarangan mengatakan hajar dan habiskan. Ini menunjukkan mereka tidak tahu situasi real di lapangan. Seolah-olah warga Papua tidak cinta bangsa ini,” pungkasnya.

HY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

7  +  2  =