Lifestyle & Sport

Pengrajin Pamerkan Menenun Kain Songke Manggarai di Sarinah

Channel9.id – Jakarta. Bernadeta Leness sangat piawai memainkan jemarinya. Jari-jari perempuan berusia 48 tahun itu selang-seling memasukkan benang untuk membuat Songke, kain tenun khas Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia.

Kegiatan menenun itu dilakukannya di Lantai 4 Mal Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (22/1/2013).

Perempuan asal Kabupaten Manggarai, NTT ini mengaku diajak pihak Sarinah memperagakan menenun Kain Songke dari 18 sampai 29 Januari 2023.

Bernadeta antusias menerima ajakan itu karena sesuai dengan tujuannya yakni memperkenalkan Songke kepada masyarakat Indonesia dan dunia.

“Saya ingin memperkenalkan kain Songke ke dunia internasional,” ujar Bernadeta.

Bernadeta mengaku sudah 24 tahun menekuni bidang ini. Sejak 1998, dia sudah membuat Songke demi mempertahankan warisan nenek moyang.

“Saya pribadi ingi menghasilkan sebuah karya. Lalu, saya ingin meneruskan warisan leluhur,” ujar Bernadeta.

Bernadeta menjelaskan, Songke sudah diajarkan para perempuan Manggarai secara turun-temurun. Menenun Songke juga membuat perempuan Manggarai dihormati.

“Saya sendiri diajarkan oleh ibu dan tante,” kata Bernadeta.

Bernadeta menjelaskan, Kain Songke biasanya digunakan saat mengikuti kegiatan adat yang sifatnya suka maupun duka. Songke hanya boleh digunakan untuk warga yang berusia di atas 17 tahun.

“Setiap kali ada acara adat suka dan duka harus pakai Songke. Tidak boleh tidak. Tapi hanya boleh digunakan untuk yang di atas 17 tahun,” ujarnya.

Adapun kain Songke biasanya memiliki 7-8 motif. Tiap motif memiliki makna sendiri-sendiri. Penggunaan kain bermotif juga disesuaikan dengan acara yang akan dihadiri.

“Misalkan acara meminang calon istri. Motif yang digunakan pihak perempuan dan pria pasti berbeda. Untuk pria ada dua garis. Ini untuk menggambarkan bahwa pria biasa mencari nafkah dan bisa juga di dalam rumah. Sedangkan, perempuan satu garis. Ini menandakan bahwa perempuan hanya mengelola pekerjaan rumah. Ini anggapan masyarakat dahulu ya pak,” ujarnya.

Lebih jauh, Bernadeta mengatakan, di daerahnya, lebih kurang ada 1.500 pengrajin Songke. Mereka bingung untuk menjual hasil karyanya. Untungnya, pemerintah setempat membantu memasarkan produk mereka.

Bernadeta pun mengucapkan terima kasih kepada pemerintah setempat karena telah memfasilitasi para pengrajin tenun Manggarai. Dia berharap kolaborasi ini mampu memperkenalkan Songke ke tingkat internasional.

“Salah satu hasil kerja sama dengan pemerintah setempat ya ini. Kami bisa memamerkan proses pembuatan Songke di Sarinah atas bantuan pemerintah setempat,” ujarnya.

“Harapannya supaya dikenal dunia internasional,” pungkasnya.

HY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  55  =  56