Channel9.id – Jakarta. Banjir rob di sepanjang pesisir Demak mengakibatkan banyak desa-desa tenggelam dan tidak sedikit yang terpaksa harus pindah.
“Kondisi itu harusnya membuat pemerintah eling (sadar) bahwa dampak dari pembangunan dan penambangan yang sembarangan merusak lingkungan dan sama saja dengan menenggelamkan Rakyat Pesisir Demak,” kata Salim Warga Morodemak, dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Selasa (27/6/2023).
Menurut dia, masalah sedimentasi laut memang sudah bertahun-tahun dilaporkan kepada pemerintah, namun tidak ada tanggapan maupun tindakan. Rencana penambangan yang akan digunakan untuk mengisi tanggul-tanggul di Semarang bukan merupakan solusi di saat pesisir Demak sendiri sangat membutuhkan pasir.
“Oleh karena itu, Kami Masyarakat Pesisir Demak menolak rencana penambangan pasir laut di Morodemak. Kami juga meminta solidaritas dan dukungan dari masyarakat Demak untuk ikut menyuarakan penolakan rencana penambangan ini,” kata Salim.
Sebelumnya diberitakan, banjir rob merendam Jalan Nasional Pantai Utara atau Pantura Semarang-Demak, Jawa Tengah pada Minggu (14/5/2023). Banjir berkedalaman mencapai 30 sentimeter itu merendam kedua arah jalan baik yang menuju Kota Semarang maupun Kabupaten Demak.
Banjir rob itu menggenangi kawasan tersebut dalam beberapa hari terakhir. “Sudah tiga hari terjadi rob seperti ini,” ujar Fathurrahman, salah seorang warga yang bekerja di Pasar Sayung, Jalan Pantura Semarang – Demak.
Menurut dia, air rob mulai pasang sekitar pukul 12.00 siang. “Puncaknya sekitar pukul 14.00. Tadi airnya bisa sampai masuk ke sini,” ujar dia. “Kemudian mulai surut saat sore.”
Akibat banjir rob tersebut, sempat terjadi kemacetan panjang mengular dari kedua arah. Dari arah Demak kemacetan terjadi hingga daerah Onggorawe sejauh 3 kilometer. Kemacetan lebih dari arah Kota Semarang terjadi dari Terminal Terboyo sejauh 5,5 kilometer.