Uncategorized

Konser Musik Klasik Symphonie der Freundschaft Rayakan 70 Tahun Hubungan RI-Austria

Channel9.id-Jakarta. Konser musik klasik bertajuk Symphonie der Freundschaft telah sukses digelar untuk merayakan 70 tahun hubungan diplomatik Republik Indonesia (RI) dengan Austria.

Jakarta Concert Orchestra, Batavia Madrigal Singers, dan pemain violin Julian Walder dari Austria telah tampil dalam konser Symphonie der Freundschaft di Jakarta Concert Hall pada Rabu malam, 8 Mei 2024.

“Julian Walder dalam konser ini menampilkan musik klasik karya Erich Wolfgang Korngold, komposer dan konduktor dari Austria, “ kata Duta Budaya (Cultural Ambassador) Austria di Indonesia dan juga konduktor paduan suara dan orkestra Avip Priatna kepada media sebelum konser.

Lebih lanjut, Avip menerangkan Erich Wolfgang Korngold. “Korngold, seorang komposer abad 20, sebenarnya dia membawa warna musik yang ada sekarang,” terang Avip.

Menurutnya, para penyuka musik bisa menikmati musik klasik karya Korngold dalam konser musik langsung di Jakarta dalam Symphonie der Freundschaft. “Dalam konser tersebut, Walder membawakan Violin Concerto in D major OP.35 dari Korngold, yang dikenal menantang bagi para pemain biola,“ bebernya.

Avip menyebut dalam konser ini ada komposisi “Strauss in Tapanuli”, yang digubah oleh komposer Indonesia Fero Aldiansya merupakan perpaduan musik Austria, “Waltz” karya Johann Strauss dengan lagu daerah Tapanuli, “Lissoi”. Perpaduan keduanya sengaja ditampilkan khusus malam ini sebagai wujud persahabatan antara Indonesia dengan Austria yang terjalin sudah mencapai 70 tahun pada 2024.

“Saya berusaha untuk mencari, antara Austria dengan Indonesia itu apa yang bisa melengkapi. Akhirnya saya minta khusus untuk konser malam ini, saya minta komposer Fero Aldiansya untuk menulis satu karya yang merupakan perkawinan antara Johann Strauss dan karya terbaik Indonesia untuk menjadi salah satu yang ditampilkan malam ini,” kata Avip.

Artinya, Avip memastikan bahwa pertunjukan malam itu bisa dicatat sebagai penampilan Fero yang pertama membawakan “Strauss in Tapanuli” di Jakarta, dan mungkin di dunia.

Tujuannya agar menambah khasanah bermusik masyarakat Indonesia, khususnya bagi para penyuka musik klasik

“Waltz dikawinkan dengan Lissoi, Fero kasih nama Strauss in Tapanuli. Jadi itu perpaduan, mengambil melodi dari Waltz-nya Strauss dan Lissoi,” papar Avip.

Menjadi yang pertama mendengarnya, tentu merupakan kesempatan yang sangat berharga. Avip berharap kesempatan itu bisa memuaskan dahaga para penyuka musik klasik dan orkestra di Indonesia.

Selain Strauss in Tapanuli dari Fero Aldiansya, malam itu juga ditampilkan medley tiga gubahan lagu daerah dalam versi musik klasik bertajuk Suara Khatulistiwa.

Avip mengatakan tiga lagu daerah tersebut menjadi representasi Indonesia bagian Barat, Tengah, dan Timur, yaitu Kampuang Nan Jauh di Mato (Sumatera Barat), Padang Bulan (Jawa Tengah), dan Waktu Hujan Sore-Sore (Maluku) yang ditulis dengan variasi untuk permainan violin

Pemain violin muda berbakat asal Austria Julian Walder akan diundang untuk bergabung dalam penampilan Suara Khatulistiwa yang ditulis oleh Fafan Isfandiar

Direktur Eropa I, Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa, Kementerian Luar Negeri Widya Sadnovic menyatakan optimistis gubahan lagu daerah menggunakan aransemen musik klasik membuatnya menjadi unik sehingga berpotensi menarik minat gen Z dan mengundang pertukaran.

“Kami sangat ingin lebih banyak pertukaran antara Indonesia dan Austria, karena kami juga punya beasiswa seni dan budaya Indonesia. Jadi dari mancanegara, kami kirim ke beberapa sanggar di Indonesia, mereka belajar tiga bulan untuk belajar seni dan budaya di sini,” katanya.

Salah satu lagu daerah yang digubah dengan aransemen musik klasik, kali itu ditampilkan adalah “Kampuang Nan Jauh di Mato”.

Lagu daerah Sumatera Barat yang mengisahkan kerinduan pemuda suku Minangkabau di perantauan terhadap kampung halamannya itu dibawakan secara apik oleh pemain violin muda berbakat asal Austria, Julian Walder.

Walder mengaku menghargai warisan musik dan budaya Indonesia, sehingga dia membawakan Kampuang Nan Jauh di Mato pada waktu konferensi pers terkait konser Symphonie der Freundschaft, merayakan 70 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia-Austria.

Widya menyampaikan bahwa konser “Symphonie der Freundschaft” sejalan dengan upaya Indonesia untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Austria melalui jalur diplomasi budaya.

“Ke depannya, kami berharap dapat terus menggali potensi kerja sama di berbagai bidang, seperti pendidikan, seni, dan budaya, pertukaran pelajar dan seniman, serta pameran seni bersama,” tandasnya.

Dengan peraih banyak penghargaan terhadap karya musik klasik, Julian Walder, menunjukkan minatnya terhadap gubahan lagu daerah dengan aransemen musik klasik, maka diharapkan musik Indonesia berbasis orkestra tersebut meningkat eksistensinya di mata dunia.

Widya mengatakan, Pemerintah Republik Indonesia menyambut baik penyelenggaraan konser persahabatan untuk memperingati 70 tahun hubungan diplomatik dengan Republik Austria. Melalui kolaborasi di bidang musik, Indonesia dan Austria dapat saling menghargai warisan musik dan budaya masing-masing serta mempererat hubungan.

Setelah konser musik klasik pada Rabu malam, 8 Mei 2024 ini, akan dilanjutkan dengan konser pra-tur Jakarta Concert Orchestra bersama Batavia Madrigal Singers di Balai Resital Kertanegara pada 12 Oktober 2024. Selanjutnya, pada pekan ketiga bulan Oktober, Jakarta Concert Orchestra bersama satu musisi dari Batavia Madrigal Singers dan satu solois akan menggelar konser di Kota Wina dan Salzburg, Austria.

Baca juga: Afgan Siap Tampil Jadi Bintang Tamu dalam Konser David Foster di Indonesia

Kontributor: Akhmad Sekhu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  20  =  23