Channel9.id-Tokyo. Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Jepang Heri Akhmadi menyampaikan kuliah umum di hadapan akademisi dan mahasiswa di National Graduate Institute for Policy Studies (GRIPS) Tokyo, pada Selasa 20 Mei 2025. Dalam kegiatan yang bertajuk The 1st Southeast Asian Dialogue in Tokyo Special Lecture by H.E. Heri Akhmadi, Ambassador of the Republic of Indonesia. Dubes Heri menekankan hubungan persahabatan kerja sama Indonesia – Jepang dalam kurun lima tahun terakhir semakin menguat dan terus mengalami peningkatan.
“Menjadi kehormatan bagi saya berbicara di GRIPS, lembaga pendidikan tinggi paling terkemuka di Jepang. Dalam kurun lima tahun terakhir hubungan persahabatan dan peningkatan kerja sama Indonesia – Jepang terus meningkat dari waktu ke waktu. Sejak Desember 2020 saya bertugas, kedua negara bergandengan bersama dalam menghadapi pandemi Covid-19, termasuk dalam penyediaan vaksin. Meski mobilitas terbatas, pada Maret 2021 kedua negara menandatangani perjanjian bidang alat pertahanan dan teknologi dalam pertemuan Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan 2+2,” papar Dubes Heri.
Ia menambahkan, sebagai bentuk penguatan kerja sama, kedua pemimpin negara pada 2022 saling berkunjung. Kunjungan mantan Perdana Menteri (PM) Jepang, Fumio Kishida, ke Indonesia pada 29 April 2022 dan dilanjutkan dengan kunjungan resmi Presiden ke-7 RI Joko Widodo ke Jepang pada 27 Juli 2022. Meskipun belum sepenuhnya terbebas dari COVID-19, Indonesia menurut berhasil menyelenggarakan KTT G20 di Bali. Salah satu hal terpenting adalah pembentukan Asia Zero Economic Community (AZEC) yang digagas bersama Indonesia dan Jepang.
“Salah satu momen berkesan saya sebagai duta besar adalah mendampingi Kaisar dan Permaisuri Jepang di Indonesia pada 17-23 Juni 2023. Kunjungan Kaisar ke luar negeri ini bertepatan dengan 65 tahun kerja sama Indonesia Jepang. Kunjungan ini menunjukkan kedekatan kedua negara. Selain 65 tahun kerja sama bilateral, di tahun 2023, ASEAN dan Jepang memperingati 50 Tahun Persahabatan dan Kerja Sama. Indonesia dan Jepang di 2023 sepakat meningkatkan status kemitraan menjadi strategis komprehensif. Memasuki 2024 Indonesia dan Jepang menandatangani Protokol Amandemen Perjanjian Kemitraan Ekonomi Indonesia-Jepang (IJEPA) yang berlanjut dengan penandatanganan Perjanjian Pengakuan Bersama (Mutual Recognition Agreement/MRA) tentang Mekanisme Kredit Bersama (Joint Credit Mechanism/JCM) pada Oktober 2024,” bebernya.
Era baru kepemimpinan kedua negara telah dimulai baik di Indonesia maupun Jepang. Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, Indonesia akan terus memperkuat hubungan baik dan berharap dapat bekerja sama dengan Pemerintah Jepang yang baru di bawah kepemimpinan PM Shigeru Ishiba.
“Memasuki 2025, digelar pertemuan Presiden RI Prabowo Subianto dan PM Jepang Ishiba Shigeru di Istana Kepresidenan Bogor pada 11 Januari 2025 lalu. Kedua pemimpin negara sepakat memperkuat kemitraan strategis komprehensif kedua negara dalam berbagai bidang diantaranya kesiapan Jepang untuk mendukung Indonesia dalam memastikan pasokan energi yang stabil. Selain itu pula Jepang juga akan mendukung program industrialisasi di Indonesia, terutama di bidang hilirisasi sumber daya alam. Dalam bidang pertahanan, kedua negara sepakat membentuk forum diskusi di tingkat praktisi untuk memperkuat kerja sama keamanan maritim. Selain kerja sama bilateral, kedua pemimpin juga menegaskan pentingnya menjaga stabilitas kawasan Indo-Pasifik di tengah dinamika geopolitik global,” jelas Dubes Heri.
Sementara itu Prof. Nobuhiro Aizawa salah seorang pengajar di GRIPS dalam sambutannya berharap kerjasama Indonesia-Jepang semakin meningkat di masa mendatang.
Kuliah umum ini dihadiri oleh para akademisi, mahasiswa, yang antusias terhadap wawasan yang disampaikan Dubes Heri Akhmadi terkait tantangan dan peluang hubungan Indonesia – Jepang di masa mendatang.
National Graduate Institute for Policy Studies (GRIPS) adalah lembaga pendidikan tinggi berbasis riset di Tokyo yang berfokus pada kebijakan publik. GRIPS menawarkan program pascasarjana di berbagai bidang yang berkaitan dengan isu-isu kebijakan global.
Dengan lebih dari 350 mahasiswa dari berbagai latar belakang profesional—termasuk pemerintahan, media, organisasi internasional, dan bisnis—GRIPS menjadi pusat pembelajaran dengan lingkungan internasional yang dinamis. Dua pertiga mahasiswa GRIPS berasal dari luar Jepang, menciptakan jejaring global yang kuat.
Sejak berdiri, GRIPS telah melahirkan 6.000 lebih alumni dari 120 negara, yang berkontribusi pada pembangunan dan kemakmuran dunia melalui pengetahuan dan pengalaman yang mereka peroleh selama studi.
Baca juga: Purna Tugas, Dubes Heri Akhmadi Gelar Perpisahan dengan Masyarakat Indonesia di Jepang