Channel9.id, Jakarta – Berganti nama dari Bank DKI menjadi Bank Jakarta, lembaga keuangan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini tak sekadar tampil dengan identitas baru. Di balik langkah rebranding tersebut, tersembunyi agenda besar: membangun fondasi kuat untuk menembus pasar modal dan menarik kepercayaan investor jelang rencana penawaran umum perdana saham (IPO) pada 2026.
Dengan logo baru yang menampilkan api Monas tanpa lingkaran—simbol aspirasi dan pertumbuhan progresif—Bank Jakarta menandai babak baru sebagai institusi keuangan modern. Namun, lebih dari sekadar perubahan nama dan desain visual, manajemen Bank Jakarta menyebut transformasi yang tengah berlangsung mencakup restrukturisasi menyeluruh dari sisi tata kelola, digitalisasi, hingga mitigasi risiko.
“Kami ingin masyarakat melihat ini bukan kosmetik. Rebranding ini adalah simbol dari transformasi internal kami untuk menjadi bank yang relevan, tangguh, dan sehat secara fundamental,” kata Direktur Utama Bank Jakarta, Agus H. Widodo, dalam peluncuran identitas baru perusahaan, Minggu (22/6/2025).
Agus menegaskan bahwa Bank Jakarta tengah memperkuat manajemen likuiditas dan menjaga kualitas aset sebagai prioritas utama, di tengah tekanan ekonomi global dan tantangan industri perbankan. Targetnya jelas: rasio kredit bermasalah (NPL) dijaga tetap di bawah 3%, dan debitur diberi dukungan penuh untuk mempertahankan kesehatan usaha mereka.
“Kami berupaya dekat dengan para debitur, karena menjaga kualitas portofolio saat ini lebih penting daripada ekspansi agresif. Kami ingin tetap sehat sebelum IPO,” ujarnya.
IPO Sebagai Puncak dari Agenda Transformasi
Bank Jakarta menargetkan IPO pada awal 2026, dengan perkiraan dana yang akan dihimpun mencapai Rp3 triliun. Dana tersebut akan menjadi pijakan bagi Bank Jakarta untuk naik kelas dari Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) 2 ke KBMI 3, memperluas cakupan bisnis dan daya saing regional.
“Kami sudah siapkan secara internal. Tinggal menunggu waktu yang tepat secara pasar,” kata Agus. Ia menambahkan, proses IPO ini didampingi oleh PT BCA Sekuritas dan PT CIMB Niaga Sekuritas Indonesia sebagai penasihat.
Menurut data terakhir, Bank Jakarta mencatatkan total aset sebesar Rp78,39 triliun pada akhir kuartal I/2025, tumbuh tipis dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain, laba semester pertama 2025 diproyeksikan masih di atas Rp400 miliar, mencerminkan stabilitas kinerja meskipun tekanan ekonomi terus membayangi.
Gubernur Jakarta Pramono Anung menekankan bahwa pergantian nama menjadi Bank Jakarta bukan hanya soal identitas, tetapi mencerminkan aspirasi kolektif masyarakat ibu kota terhadap institusi keuangan yang mencerminkan jati diri kotanya—dinamis, terbuka, dan siap bersaing di tingkat Asia.
“Nama ini singkat, kuat, dan memiliki resonansi branding yang besar secara nasional maupun regional,” ujarnya.
Dengan positioning baru, Bank Jakarta tidak hanya menatap IPO, tetapi juga berupaya mengambil peran lebih besar dalam pembangunan ekonomi kota dan inklusi finansial warganya.