Channel9.id, Jakarta – Kantor Staf Presiden (KSP) mengingatkan adanya potensi penurunan populasi ayam ras jika harga jagung sebagai pakan utama terus berada di level tinggi. Kondisi ini dikhawatirkan memicu kenaikan harga telur ayam ras lebih lanjut dan membebani masyarakat.
Pelaksana Tugas Deputi II Bidang Perekonomian dan Pangan KSP, Edy Priyono, menyebut harga jagung di tingkat peternak sudah menembus Rp6.326 per kilogram, atau 9,07% di atas harga acuan penjualan (HAP) Rp5.800 per kilogram. Di beberapa sentra peternakan seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur, harganya bahkan melampaui Rp6.000 per kilogram, sementara di Cilegon tercatat paling tinggi hingga Rp12.000 per kilogram.
“Kenaikan ini sudah mendekati batas tidak aman di radar KSP. Jika harga pakan mahal, peternak rakyat akan mengurangi populasi ayamnya. Dampaknya, pasokan telur berkurang dan harga akan kembali naik,” ujar Edy dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah 2025, Senin (11/8/2025).
Kondisi tersebut sudah mulai terlihat pada pekan pertama Agustus 2025, di mana rata-rata harga telur ayam ras secara nasional mencapai Rp32.800 per kilogram, naik 9,33% dari HAP Rp30.000 per kilogram. Beberapa daerah mencatat harga ekstrem, seperti Kabupaten Mamberamo Tengah di Papua yang tembus Rp100.000 per kilogram, Puncak Jaya Rp95.000 per kilogram, dan Intan Jaya Rp80.000 per kilogram.
Menurut Edy, disparitas harga jagung antara wilayah produsen dan daerah pengguna menjadi persoalan lama yang belum terselesaikan. Di Lembata (NTT) dan Luwu (Sulsel), misalnya, harga jagung berada di kisaran Rp4.000–Rp4.800 per kilogram, jauh di bawah HAP. Namun di pusat peternakan, harga justru melambung tinggi.
KSP mendorong langkah cepat untuk menstabilkan harga pakan dan telur, termasuk melalui pelepasan cadangan jagung pemerintah (CJP) oleh Perum Bulog dan Badan Pangan Nasional (Bapanas).
“Selain membantu peternak, pelepasan stok ini juga mencegah penurunan kualitas jagung yang terlalu lama tersimpan,” tambahnya.