Nasional

Kisah Haru Bandiono, Raih Gelar Doktor di Usia 74 Tahun Meski Tutup Usia Jelang Wisuda

Channel9.id-Jakarta. Suasana haru menyelimuti Wisuda Semester Genap Tahun Akademik 2024/2025 Gelombang II Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Selasa (28/10/2025). Di tengah gemuruh tepuk tangan dan lantunan lagu kebangsaan, seorang putri berdiri memeluk erat foto ayahnya — sosok yang seharusnya duduk di barisan wisudawan.

Dialah Imaniar Bandiono, putri dari almarhum Dr. H. Bandiono, M.Pd., yang wafat empat hari sebelum hari wisuda. Di usianya yang ke-74, Bandiono akhirnya meraih gelar doktor di bidang Manajemen Pendidikan — perjuangan panjang yang baru tuntas di ujung hayatnya.

“Beliau selalu bilang, teruslah belajar, terus berbuat baik, jadilah bermanfaat,” kata Imaniar dengan mata berkaca-kaca.

Bandiono dikenal sebagai sosok pembelajar sejati. Ia menempuh pendidikan doktoral melalui program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) di UNJ, dan berjuang menuntaskan disertasi berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Iklim Organisasi, dan Motivasi terhadap Kinerja Dosen Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta.”

Namun perjalanan menuju gelar tertinggi itu tidak mudah. Ia sempat kehilangan laptop berisi seluruh data, harus berhenti kuliah karena sakit, dan menjalani operasi. Meski begitu, semangatnya tak pernah padam. Bahkan saat kondisinya semakin lemah, kabar tentang wisuda yang semakin dekat masih membuat matanya berbinar.

“Beberapa hari sebelum wafat, ayah masih semangat ketika kami bilang, ‘Sebentar lagi ayah akan wisuda’,” tutur Imaniar.

Rasa kehilangan juga dirasakan oleh para pembimbing akademiknya. Prof. Eliana Sari, promotor sekaligus Guru Besar Manajemen Pendidikan FIP UNJ, menyebut almarhum sebagai “guru kehidupan”.
“Meski sakit, beliau tetap mengikuti semua ujian disertasi dengan sabar dan penuh dedikasi,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Prof. Suryadi, ko-promotor sekaligus Guru Besar FIP UNJ. “Dengan usia lanjut dan kondisi yang tidak lagi prima, semangat beliau adalah teladan bagi kita semua,” katanya.

Saat nama Bandiono dipanggil dalam prosesi wisuda, seluruh hadirin berdiri dan memberi tepuk tangan panjang. Bukan sekadar penghormatan akademik, tetapi salam perpisahan bagi seorang pejuang yang menuntaskan ilmunya hingga akhir hayat.

Di hari Sumpah Pemuda ke-97, kisah Bandiono menjadi pengingat bahwa semangat belajar dan perjuangan tidak mengenal usia. Bahwa perjuangan tidak hanya di medan perang, tapi juga di ruang kuliah, di meja belajar, dan di hati yang tak pernah menyerah.

“Belajarlah,” pesan terakhirnya, “sampai Tuhan sendiri yang meminta kita berhenti.”

Baca juga: Rektor UNJ Ajak Wisudawan Jadi Arsitek Kebangkitan Baru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  34  =  39