Channel9.id-Jakarta. Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter yang menggantikan Ujian Nasional (UN) akan dilaksanakan di pertengahan jenjang sekolah siswa. Pernyataan tersebut didapat dari Totok Suprayitno, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Pendidikan Tinggi.
“Tidak di akhir ya nanti penggantinya [UN] tidak di akhir. Dulu kan ketika dilakukan asesmen anak sudah lulus. Kalau nanti enggak diturunkan setahun sebelumnya [untuk SMP dan SMA]. Jadi kalau kurang baik, guru masih ada kesempatan memperbaiki,” kata Totok di Kemendikbud, Senayan, Jakarta Selatan pada Kamis (12/12).
Menurut Totok, waktu pelaksanaannya berbeda bagi tiap jenjang pendidikan siswa. Untuk Sekolah Dasar (SD), dilakukan di kelas 4; untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kelas 8; dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di kelas 11.
Sistem baru ini, kata dia, upayakan untuk menjawab khawatiran akan hilangnya motivasi siswa dalam belajar jika UN dihapuskan. Menurutnya, seharusnya motivasi belajar siswa tidak dinilai hanya di akhir masa sekolah saja.
Asesmen rencananya dilakukan secara berkala oleh guru agar bisa menjadi tolak ukur pencapaian siswa.
“Oleh karena itu sebenarnya gantinya tidak hanya di UN diganti asesmen tadi. Tidak itu saja. Proses pendidikan itu yang guru-guru harus melakukan asesmen yang sifatnya formatif, untuk perbaikan terus menerus. Jadi semangat belajar tidak ditentukan hanya di akhir,” ujarnya.
Totok melanjutkan, tes asesmen ini akan serupa dengan Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA), Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS), dan Athletic Coping Stress Inventory (ACSI) di luar negeri.
“ACSI itu salah satu bisa jadi embrionya tapi akan kita perluas juga. Termasuk survei karakter. Karakternya apa saja? Karakter yang diperlukan anak-anak masa depan. Karakter pancasila, kemampuan gotong royong, kolaborasi, nasionalisme, karakter keilmiahannya, curiosity-nya,” ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menghapus UN untuk 2021 mendatang. Hal itu Nadiem sampaikan dalam rapat koordinasi bersama Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Indonesia di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (11/12).
Oleh karena banyak pihak yang khawatir hilangnya UN akan membuat siswa jadi tidak termotivasi belajar dan lembek, Nadiem berencana akan mengganti UN dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.
(LH)