Hot Topic

Pertamina Merugi Rp11,33 T, CBA Minta Jokowi dan Erick Thohir Copot Nicke Widyawati

Channel9.id – Jakarta. Direktur CBA Uchok Sky Khadafi meminta Presiden Jokowi dan Menteri BUMN Erick Thohir, menyikapi kerugian Pertamina sebesar Rp.11,33 triliun.

Menurut CBA, hal itu perlu dilakukan untuk menyelamatkan PT Pertamina. Salah satu langkah yang bisa ditempuh adalah mengganti Nicke Widyawati sebagai Direktur Utama Pertamina.

“Kami dari CBA (center For Budget Analysis) meminta Presiden Jokowi dan Menteri BUMN, Erick Thohir jangan diam saja untuk menyikapi kerugian Pertamina,” kata Uchok dalam keterangan tertulis, Selasa (25/8).

Pun kerugian pertamina tersebut, harus diselidiki oleh aparat hukum. Menurut Uchok, kerugian Pertamina itu bukan kerugian bisnis.

“Aparat Hukum jangan tersihir dengan alasan kerugian Pertamina disebabkan Fluktuasi Rupiah terhadap Dolar AS. Fkuktuasi inikan terjadi sejak 2019, kok dijadikan alasan utama ?,” kata Uchok.

Uchok menjelaskan, kerugian PT. Pertamina pada semestar satu 2020 sampai sebesar US$ 767,92 juta atau sekitar Rp 11,33 triliun sangat membuat publik kaget.

Untuk menutupi kerugian Pertamina, biasanya bukan menyalahi manajemen Nicke Widyawati yang jelek dalam mengelola perusahaan Pertamina. Tetapi lebih mencari berbagai alasan lain sebagai senjata pamungkas mengapa perusahaan gagal meraih laba.

“Alasan yang sudah muncul ke publik seperti menuduh covid-19, volume penjualan yang turun, Fluktuasi Rupiah terhadap Dolar AS, dan melemahnya harga minyak mentah dunia,” kata Uchok.

Menurut CBA, empat alasan tersebut hanya dijadikan sebuah pembenaran untuk meyakinkan publik. Pasalnya, alasan seperti Volume penjualan yang turun, sebetulnya tidak masuk akal, dan tidak harus membuat Pertamina Rugi.

“Karena Volume penjualan yang turun, sebetulnya bisa ditutupi dengan harga jual BBM kepada masyarakat yang tidak mengalami penurunan atau tetap mahal ketika harga BBM internasional sedang anjlok turun ke titik terendah,” ujar Uchok.

Akibat Harga BBM yang mahal kepada konsumen domestik, sebetulnya Pertamina jauh dari kata merugi. Malahan Pertamina lebih survive bila dibandingkan dengan negara negara Asean. Di negara Asean, volume penjualan diperkirakan juga turun. Tetapi perusahaan tetap memperoleh keuntungan. Misalnya, Petronas, Malaysia tetap memperoleh keuntungan. Meskipun di Malaysia atau negara Asean harga BBM rata-rata turun hampir sekitar 50%.

“Kemudian alasan lain tentang kerugian Pertamina disebabkan melemahnya harga minyak mentah dunia adalah sebuah kontradiktif. Justru dengan melemahnya harga minyak dunia, Pertamina seharusnya tidak merugi malahan diuntungkan. Karena perusahaan dapat membeli minyak mentah dan produksi dengan harga murah, dan dijual pula dengan harga mahal di pasar domestik,” pungkasnya

(HY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

5  +  1  =