Channel9.id- Bandung. Sekitar 180 alumni Universitas Padjajaran yang tergabung dalam Komunitas Alumni Cinta Ika Unpad yang Demokratis menolak hasil Musyawarah Besar (Mubes) IKA Unpad 2020 karena berjalan tidak sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi. Serta bertentangan dengan Surat Panitia Mubes pada tanggal 20 Februari 2020 (SK No. 006/MUBES/IKA-UNPAD/II/2020), dimana secara jelas berdasarkan Pasal 2 menyatakan bahwa sistem pemilihan menggunakan one man one vote (OMOV) dan tidak dapat diwakilkan.
Juru Bicara Komunitas Alumni Cinta IKA Unpad yang Demokratis, Dedi Heriadi mengatakan, justru dalam Mubes X yang diselenggarakan pada 11 – 13 September 2020, panitia malah mencabut hak suara seluruh alumni untuk memilih. “Pemilihan dilakukan hanya oleh segelintir orang yang berlabel komfak dan komda. Di saat para alumni sudah tergerak membangun kecintaan kepada Unpad, dengan mudahnya dicabut haknya oleh panitia,” tandas Dedi dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Kamis (24/9/2020).
“Sehingga jadi aneh, sekarang panitia menggunakan sistem perwakilan saat kontestasi sudah di ujung pemilihan. Bagaimana logikanya aturan main yang sudah ditetapkan dengan menggunakan AD/ART tahun 2016 diubah dengan aturan main dalam AD/ART 2020 yang baru saja disahkan pada saat Mubes padahal Mubes X tahun 2020 seharusnya diadakan berdasarkan AD/ART 2016,” urainya. Dalam pelaksanaan Mubes 2020 dengan system perwakilan, Pemilihan hanya dilakukan segelintir perwakilan, padahal ada 300 ribuan alumni yang juga berhak ikut memilih.
Alumni memberikan sejumlah catatan kekeliruan dalam pelaksanaan Mubes, yakni: pertama, secara arbitrer panitia menginisiasi metode pemilihan dengan perwakilan komisariat daerah (komda) dan komisariat fakultas (komfak). Kekeliruan kedua, membajak, lalu menyempitkan lagi demokrasi dengan membuat voting untuk memilih siapakah yang mempunyai hak suara dari delegasi yang hadir. kelima perwakilan komda dan komfak, atau satu hak suara dari kelima perwakilan komda dan komfak yang hadir.
“Kami sebagai warga alumni Unpad sangat kecewa sebab sejak awal kami menghendaki agar Pemilu IKA Unpad dilakukan secara langsung, one man one vote, satu orang satu suara secara keseluruhan. Semua alumni Unpad memiliki suara. Bukan diwakilkan pada komda dan komfak, apalagi oleh panitia dikerdilkan lagi,” urai Dedi.
baca juga :dramatis-dua-calon-ketua-ika-unpad-mengundurkan-diri
Sebagai bagian dari alumni Dedi menyatakan sangat kecewa karena praktik pembajakan dan pengerdilan demokrasi, adanya penyingkiran hak suara seluruh alumni Universitas Padjadjaran. “Yang kami kehendaki adalah sebuah pemilihan yang sopan, jujur, transparan, demokratis, sebab ini bukan persoalan menang-kalah, tapi ingin melampaui ke hal yang lebih substansial yaitu pembelaan terhadap kehidupan berdemokrasi,” ujarnya.
Oleh karena, Dedi mengatakan sebagai bagian alumni dengan ini menolak legitimasi proses dan hasil pemilihan serta kontestasi pemilihan Ketua IKA Unpad 2020 yang mengasilkan Ketua IKA Unpad yang cacat demokrasi karena hasil dari sistem perwakilan yang merampas hak suara alumni. “Pemilihan melalui E-Voting adalah suatu keniscayaan yang tidak terbantahkan pada era abad revolusi teknologi 4.0. Pemilihan melalui E-Voting tentunya lebih legitimate karena merupakan solusi yang efektif dan efisien untuk menjaga hak pilih alumni dan juga menghindari timbulya klaster baru Covid-19 yang selalu didengung-dengungkan sebagai suatu justifikasi diadakannya pemilihan melalui sistem perwakilan,’ ujarnya.
Penolakan hasil Mubes juga disampaikan sejumlah alumni Unpad di media sosial (medsos). Salah satunya oleh Hilman Mutasi. “Seharusnya Mubes IKA Unpad kemarin cukup memilih Caretaker Ketua IKA, untuk nanti menyelenggarakan Pemilu Raya, selama/pasca Pandemi, biar legitimate,” dalam status FB Sementara Chevi S Iskandar menyatakan, pemimpin yang terpilih dengan mekanisme “susulumputan” hanya akan menghasilkan program kerja dan pengurus yang “mucunghul dan ngaleungit.”
Kekecewaan juga dilontarkan Ferry Mursidan Baldan terhadap proses pelaksanaan Mubes IKA Unpad. “Dengan dikebirinya kedaulatan alumni dalam pemilihan Ketua IKA UNPAD yang baru berarti IKA UNPAD dengan sengaja telah mengerdilkan diri sendiri, dan menenggelamkan marwah IKA UNPAD ke dalam samudera nan luas,” ujar Ferry Mursyidan Baldan, mantan Ketua IKA UNPAD periode 2008-2012 dan alumni FISIP UNPAD angkatan 1981.