Nasional

Simposium Nasional Pengajaran Sejarah II Hasilkan Lima Poin Kesimpulan

Channel9.id – Jakarta. Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) menggelar Simposium Nasional Pengajaran Sejarah II “Sejarah Pemikiran Kritis Untuk Merawat Kebhinekaan” di Surabaya, Jawa Timur secara blanded, luring dan daring (12/12/2020).

Simposium dibuka oleh Hilmar Farid (Dirjen Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI) dan dihadiri para pakar sejarah yaitu Said Hamid Hasan (Guru Besar Pendidikan Sejarah), Anhar Gonggong (Sejarawan), Ari Sapto (Universitas Malang), dan Agus Suprijono (Universitas Negeri Surabaya).

Adapun symposium ini menghasilkan kesimpulan sekaligus rekomendasi berdasarkan pandangan para pakar. Presiden AGSI Sumardiansyah Perdana Kusuma didampingi Ketua Panitia Simposium Ratih Kusmaharti membacakan poin-poin kesimpulan. Berikut poin-poinya:

(1) Sejarah adalah imajinasi kebangsaan yang dibangun dari bacaan terhadap masa lalu, ia tampil sebagai referensi dikehidupan kekinian, sekaligus sebagai bahan proyeksi untuk berjalan menuju masa depan;

(2) Pemahaman dan kesadaran mengenai ke-Indonesia-an wajib diketahui oleh segenap bangsa Indonesia. Jangan sampai generasi muda menjadi amnesia sejarah, lupa bahkan tidak tau dari mana dirinya berasal, terkikis jati dirinya, serta gagal menjadi manusia yang berkarakter dan berbudaya;

(3) Secara progresif pembelajaran sejarah harus mampu mengkontekstualisasikan berbagai peristiwa yang terjadi dimasa lalu dengan berbagai peristiwa yang dialami sekarang, untuk kita bisa saling merenungi, mengevaluasi, membandingkan, atau mengambil keputusan, sekaligus sebagai orientasi untuk kehidupan masa depan yang lebih baik;

(4) Sejarah bukanlah sebatas hafalan atas fakta masa lalu, melainkan sebagai keterampilan berpikir. Muara dari pembelajaran sejarah yang berorientasi pada keterampilan berpikir secara alamiah akan mendorong pembentukan manusia merdeka yang memiliki kesadaran sejarah dan sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila;

(5) Peningkatan kapasitas Guru sejarah secara professional dan penempatan mata pelajaran sejarah dalam kelompok wajib/dasar di semua kelas (X, XI, XII), dan jenjang (SMA/SMK/MA/MAK) dengan jumlah jam proporsional adalah sebuah keharusan bagi pemerintah dan/atau seluruh stake holder terkait.

Symposium ini diadakan luring dengan mengundang 20 orang guru sejarah dari beberapa daerah dan 1700 peserta dari berbagai unsur secara daring.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

42  +    =  44