Channel9.id – Jakarta. Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menyatakan, kasus bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar merupakan kasus teror bom pertama di era Kapolri Listyo Sigit Prabowo.
Kasus ini juga menjadi peringatan untuk jajaran kepolisian bahwa akan ada teror-teror susulan lainnya.
“IPW menilai, hal ini dikarenakan masih adanya kelompok kelompok teror dan kelompok radikal yang belum berhasil diciduk jajaran kepolisian, seperti di Poso atau tempat lainnya. Sementara para teroris yang sudah selesai menjalani hukuman, kini bebas melakukan aktivitas tanpa terpantau jejaknya,” kata Neta dalam keterangannya, Minggu 28 Maret 2021.
Neta menilai, kondisi itu menjadi tugas berat Kapolri Listyo. Terlebih saat ini menjelang Ramadhan dan idul Fitri di mana aktivitas dan kebutuhan sosial masyarakat kian meningkat.
“Untuk itu Kapolri perlu mengkonsolidasikan jajarannya mulai dari jajaran intelijen hingga ke aparatur babinkamtibmas sebagai ujung tombak untuk mempertajam telinga maupun penciuman jajaran kepolisian agar senantiasa mampu meningkatkan deteksi dan antisipasi dini,” kata Neta.
Di samping itu, Kapolda dan Kapolres harus mampu memanage wilayahnya agar teror bom tidak terjadi. Sebab jika teror bom sudah terjadi, korban tewas atau luka tidak hanya diderita pelaku, tapi juga masyarakat luas menjadi korban akibat teror bom tersebut.
“Seperti teror bom di gereja di Makassar, korban luka adalah petugas gereja dan jemaat. Dari data yang ada 5 petugas gereja dan 4 jemaat terkena serpihan bom. Tragisnya ledakan bom terjadi pada peringatan Minggu Palma yang jatuh hari ini. Bom meledak sekitar pukul 10.30 WITA atau 09.30 WIB. Minggu Palma merupakan awal dari pekan suci sebelum umat kristiani merayakan Paskah pada pekan depan,” kata Neta.
IPW berharap, kasus teror bom, terutama yg menyerang gereja ini, merupakan yang pertama dan terakhir di era kapolri Sigit. Untuk itu Kapolri yang diperkuat oleh para Kapolda dan Kapolres harus melakukan pagar betis agar para teroris tidak mendapat celah untuk beraksi.
“Sebab dalam pantauan IPW, selain Sulsel masih ada sembilan daerah lain yang tergolong rawan teroris, yakni Sulteng, Jatim, Jateng, Jogja, Jabar, Jakarta, Banten, Lampung, dan Sumut,” ujar Neta.
“Tingkat kerawanan ini makin tinggi tatkala konflik Polri dengan ormas keagamaan yang dipimpin Rizieq tak kunjung selesai. Belum tuntasnya kasus penembakan di km 50 tol Cikampek menyimpan dendam tersendiri bagi kelompok-kelompok tertentu, yang bukan mustahil dendam itu berpotensi menimbulkan aksi teror. Fenomena inilah yg patut dicermati jajaran kepolisian ke depan agar aksi aksi teror bisa ditekan,” pungkasnya.
HY