Hot Topic

Polemik Vaksin Nusantara, 97 Tokoh Nasional Dukung BPOM

Channel9.id – Jakarta. Sebanyak 97 orang tokoh dari berbagai latar belakang menyampaikan dukungan terhadap Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait kontroversi vaksin Nusantara, Sabtu (17/4). Dukungan ini datang dari bidang kesehatan seperti Ahli Epidemiologi Pandu Riono, Dicky Budiman, dokter Akmal Taher, dokter Tirta, dan lainnya. Dukungan juga datang dari mantan Wakil Presiden Indonesia Boediono dan cendekiawan muslim seperti seperti KH A. Mustofa Bisri dan Buya Ahmad Syafi’i Maarif.

“Kami yang nama-namanya tercantum di bawah ini bersikap, berpegang pada pendirian BPOM yang merupakan badan resmi di Indonesia dan bekerja berdasarkan prosedur-prosedur disiplin dan integritas ilmiah,” demikian sikap para tokoh nasional dalam pernyataan terbuka yang dibacakan Natalia Subagyo, Sabtu (17/4).

BPOM diketahui tidak memberikan izin atau Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) fase kedua kepada vaksin Nusantara. Namun, uji klinik itu tetap dilanjutkan pihak tim peneliti vaksin itu.

Kontroversi mengenai vaksin Nusantara muncul ke permukaan setelah uji klinik fase kedua vaksin Nusantara tetap dilanjutkan meski belum mendapatkan izin atau Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) dari BPOM.

Sejumlah anggota Komisi IX DPR RI menjadi relawan dalam pengembangan vaksin. Sampel darah mereka diambil di RSPAD Gatot Soebroto, Rabu lalu.
Sementara berdasarkan data studi vaksin Nusantara, tercatat 20 dari 28 subjek atau 71,4% relawan uji klinik fase I mengalami Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) dalam grade 1 dan 2.

Kepala BPOM Penny Lukito mengatakan, relawan mengalami kejadian yang tidak diinginkan pada kelompok vaksin dengan kadar adjuvant 500 mcg.

“Dan lebih banyak dibandingkan pada kelompok vaksin dengan kadar adjuvant 250 mcg dan tanpa adjuvant,” kata Penny, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu.

Penny menambahkan, KTD pada relawan antara lain nyeri lokal, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri kepala, penebalan, kemerahan, gatal, ptechiae, lemas, mual, demam, batuk, pilek dan gatal.

Menurut Penny, KTD grade 3 terjadi pada 6 subjek. Rinciannya, satu subjek mengalami hipernatremi, dua subjek mengalami peningkatan Blood Urea Nitrogen (BUN) dan tiga subjek mengalami peningkatan kolesterol.

Dia menjelaskan, KTD grade 3 merupakan salah satu kriteria untuk menghentikan pelaksanaan uji klinik sebagaimana tercantum pada protokol. Namun, tim peneliti tidak melakukan penghentian uji klinik.

IG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  9  =  14