Opini

Akan di Bawah 5%, Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2021

Oleh: Awalil Rizky

Channel9.id-Jakarta. Ekonomi Indonesia pada triwulan I-2021 dilaporkan alami kontraksi sebesar 0,74% (y-o-y). Dihitung dari nilai PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp2.683 triliun yang secara persentase turun dari nilainya pada triwulan I-2020 yang sebesar Rp2.703 triliun. Perhitungan dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk data dari 1 Januari sampai dengan 31 Maret 2021, dan diumumkan pada 5 Mei 2021 lalu.

Beberapa pihak di luar Pemerintah menilai pertumbuhan ekonomi yang masih terkontraksi tersebut sebagai petanda pemulihan yang belum berlangsung signifikan. Mereka pun meragukan akan dapat tercapainya target pertumbuhan ekonomi APBN sebesar 5% untuk keseluruhan tahun 2021.

Akan tetapi, Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto mengaku optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 tumbuh lebih baik. Prakiraanya akan tumbuh sekitar 6,9-7,8%. Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan juga memproyeksikan angka pertumbuhan sebesar 7% atau lebih.

Baca juga: Misteri Angka Rasio Utang Pemerintah Atas PDB

Secara statistik, keyakinan kedua pejabat tersebut memang dimungkinkan. Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2021 (y-o-y) adalah perbandingan antara nilai PDB harga konstannya dengan nilai pada triwulan II-2020. Padahal, setahun lalu itu telah turun drastis atau kontraksi sebesar 5,32%, sehingga nilainya hanya sebesar Rp2.590 triliun. Basis hitungan (baseline) akan dari nilai yang terbilang rendah tersebut.

Jika triwulan II-2021 tumbuh sebesar 7,0%, maka nilai PDB harga konstannya mencapai Rp2.771 triliun. Sedangkan secara triwulanan (q-t-q) dari triwulan I 2021 di atas hanya perlu tumbuh sebesar 3,29%. Padahal rerata pertumbuhan q-t-q selama beberapa tahun sebelum pandemi pada triwulan II adalah di kisaran 4%.

Seandainya keyakinan pejabat Pemerintahan yang cukup logis secara statistik itu terbukti, maka masih perlu dipastikan proyeksi mereka untuk dua triwulan berikutnya. Oleh karena kontraksi pada triwulan III dan IV-2020 lebih rendah, maka baseline perhitungannya menjadi lebih besar. Untuk bisa tumbuh 7% berturut-turut diperlukan tambahan nilai PDB harga konstan yang lebih besar. Yaitu sebesar Rp2.911 triliun pada triwulan III dan sebesar Rp2.899 triliun pada triwulan IV nanti.

Jika ternyata memang berhasil, maka secara keseluruhan PDB harga konstan tahun 2021 akan mencapai Rp11.264 triliun. Artinya pertumbuhan ekonomi tahun 2021 hanya sebesar 5,05%, yang dihitung dari PDB harga konstan tahun 2020 sebesar Rp10.722 triliun.

Menko Airlangga sempat menyebut beberapa prasyarat agar tumbuh sesuai harapannya dari sisi PDB pengeluaran. Meski hanya menyampaikan besaran pertumbuhan dari beberapa komponen pengeluaran untuk prakiraan triwulan II, argumennya dapat dipakai untuk triwulan tersisa. Semua komponen diandalkan untuk tumbuh signifikan, yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga nonprofit rumah tanga (LNPRT), konsumsi Pemerintah, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), ekspor dan impor.

Sedangkan Kepala BKF Febrio Nathan meyakini pertumbuhan 7% atau lebih pada triwulan II-2021, selain dari perhitungan besaran komponen PDB, diperkuat antara lain oleh data penjualan ritel, mobil, konsumsi listrik, dari sisi bisnis dan industrinya, pergerakan masyarakat (Google mobility) dari sisi konsumsi. Sedangkan dari sisi suplai disebut terus alami ekspansi, antara lain tentang kesiapan menjual barang, permintaan semen meningkat, serta ekspor dan impor yang meningkat.

Sekali lagi cukup logis untuk memproyeksikan pertumbuhan 7% (y-o-y) pada triwulan II-2021. Akan tetapi berdasar beberapa indikator lain yang peningkatannya tampak masih kurang meyakinkan, maka belum tentu bisa dicapai setinggi itu. Dan akan menjadi lebih berat lagi pada triwulan III dan IV dapat tumbuh sebesar 7%. Indikator lain dimaksud antara lain dapat dicermati pada beberapa laporan Bank Indonesia seperti: Indeks Keyakinan Konsumen, pertumbuhan kredit perbankan, survei perbankan, survei kegiatan dunia usaha, Prompt Manufacturing Index, dan Survei Penjualan Eceran.

Wajar jika Bank Indonesia tampak berbeda dengan Pemerintah dalam hal proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2021. Bank Indonesia semula memproyeksikan kisaran 4,8%-5,8% dalam publikasi 27 Januari 2021. Direvisi menjadi 4,3%- 5,3% dalam publikasi 25 Februari 2021. Kemudian direvisi lagi menjadi 4,1%-5,1% pada publikasi 23 April 2021.

Jika diambil titik tengah dari proyeksi Bank Indonesia terkini, maka besarannya adalah 4,6%. Lebih rendah dari asumsi APBN 2021 yang sebesar 5%.

Jika dikaitkan dengan skenario pertumbuhan pada triwulan II, III dan IV 2021 maka juga akan lebih rendah dari keyakinan pejabat pemerintah yang dikutip di atas.

Penulis sendiri saat ini masih memprakirakan pertumbuhan ekonomi (y-o-y) pada triwulan II-2021 di kisaran 6,5%. Akan sedikit turun pada triwulan III dan IV-2021, di kisaran 6,0%. Secara keseluruhan pada tahun 2021, pertumbuhan ekonomi akan di kisaran 4,42%. Itu pun membutuhkan kerja keras dan “keberuntungan” dalam hal ekspor dan PMTB (investasi). Masih ada kemungkinan hanya bisa tumbuh 4% atau kurang.

Sejatinya, penulis kurang suka dengan wacana publik yang berlebihan atas besaran pertumbuhan ekonomi. Daripada “mati-matian” mengejar tingkat pertumbuhan ekonomi, saat ini yang lebih dibutuhkan adalah memperbaiki kualitas pertumbuhan tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas antara lain ditandai oleh ikutannya dalam hal penciptaan lapangan kerja, dan perbaikan pendapatan para pekerja kebanyakan.

*Kepala Ekonom Institut Harkat Negeri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

40  +    =  45