Channel9.id-Jakarta. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan ada enam faktor indikator pendorong pemulihan ekonomi pada tahun ini dan 2022 dari dampak pandemi Covid-19. “Enam faktor yang tentu saja bisa lihat indikator masing-masing faktor ada ketidakpastian dan risiko yang perlu dicermati,” ujarnya, Rabu, 2 Juni 2021.
Faktor pertama adalah adanya pertumbuhan ekonomi global yang membaik sehingga memberikan peluang bagi peningkatan ekspor Indonesia, meski masih terdapat peningkatan ketidakpastian pada pasar keuangan. Kedua, kecepatan progres vaksinasi untuk mendorong konsumsi masyarakat dan mempercepat pembukaan sektor riil seiring dengan berbagai kebijakan reformasi struktural di sektor riil. “Apakah Undang-Undang Cipta Kerja dan kenaikan produktivitas itu penting untuk mendorong sektor riil,” kata Perry.
Ketiga adalah keberlanjutan stimulus fiskal untuk mendorong ekonomi Indonesia meski perlu mempertimbangkan stabilitas. “Kami paham ruang-ruang fiskal perlu juga mempertimbangkan stabilitas,” kata dia.
Keempat adalah keberlanjutan stimulus moneter dan makroprudensial dengan tetap mempertimbangkan potensi terjadinya perubahan kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) pada tahun depan. Perry memastikan pihaknya akan terus memantau ketidakpastian keuangan global termasuk potensi Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) yang akan mengubah kebijakan moneternya.
Menurut dia terdapat potensi The Fed yang mulai mengurangi stimulus moneternya pada tahun depan. Bahkan Bank Sentral AS cederung menaikkan suku bunga seiring kenaikan inflasi dan ekonomi di AS yang telah tumbuh tinggi.
Kelima adalah upaya Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk mendorong kredit dan pembiayaan. Dan faktor terakhir adalah penerapan digitalisasi ekonomi dan keuangan yang di antaranya telah dilakukan Bank Indonesia melalui digitalisasi pada sistem pembayaran.
Perry menyatakan melalui berbagai faktor pendorong serta upaya pencegahan risiko dan ketidakpastian, bank sentral memperkirakan ekonomi Indonesia tahun ini tumbuh antara 4,1- 5,1 persen. “Tahun depan 5-5,5 persen,” kata dia.
Perry menjelaskan sumber pertumbuhannya meliputi ekspor, investasi yang termasuk penerapan implementasi UU Cipta Kerja, stimulus fiskal, dan konsumsi. “Konsumsi kami mengonfirmasi bahwa vaksinasi dengan program vaksinasi diharapkan tahun depan juga menjadi pendorong,” ujarnya.