Channel9.id-Jakarta. Peningkatan penggunaan internet beriringan dengan meningkatnya ancaman siber. Ketahanan digital kerap menjadi bulan-bulanan para penjahat siber. Masalah ketahanan saat ini kian signifikan di masa pandemi Covid-19 ini, di mana banyak orang yang terpaksa mengalihkan banyak kegiatannya—dari bekerja hingga sekolah, ke media online.
Perusahaan keamanan siber Palo Alto juga mengakui bahwa 2020 menjadi tahun dengan ujian besar bagi ketahanan digital karena pandemi. Dengan motif berjaga-jaga, perusahaan ini bahkan memprediksi ancaman siber yang akan meningkat di 2021 nanti.
Lebih lanjut, VP & Regional Chief Security Officer Asia Pacific dan Jepang Palo Alto Network Sean Duca mengatakan pada saat konferensi daring pada Selasa (1/12), bahwa masalah itu akan terus berlanjut hingga beberapa tahun ke depan dan dampaknya dirasakan oleh banyak orang.
Adapun ancaman siber yang diprediksi akan meningkat pada 2021 di antaranya yaitu:
1. Data pribadi tersebar karena traveling
Berbeda dengan kondisi normal, di masa pandemi ini, semua orang yang melakukan traveling atau jalan-jalan ke tempat partiwisata wajib memberi kontak pribadi. Misalnya nama, alamat pribadi, lokasi, hingga riwayat kontak. Tujuannya untuk contact tracing untuk para wisatawan.
“Negara tertentu akan meminta contact tracing. Artinya banyak data yang harus dibagikan wisatawan ketika mereka memutuskan untuk traveling,” ujar Duca. “Data perlu dikumpulkan dengan cara yang aman dan memastikan adanya proteksi terhadap data yang dikumpulkan,” tambahnya.
Upaya itu bukan masalah bagi negara yang sudah punya undang-undang perlindungan data pribadi (PDP). Namun, untuk negara seperti Indonesia, yang masih menunggu UU PDP, justru bisa bermasalah.
2. Kemudahan 5G
Saat ini banyak negara yang mau menggelar jaringan 5G. Perusahaan seharusnya berhati-hati, terutama dalam hal keamanan siber, jangan sampai masalah keamanan siber di 3G dan 4G terbawa ke 5G.
Kemudian perusahaan pun seharusnya memasang lapisan keamanan lebih banyak, seiring meningkatnya pengguna yang terhubung lewat 5G. “5G bukannya tidak aman. Dari segi kecepatan, 5G lebih baik dari 4G. Namun konektivitas dengan banyak perangkat menjadi pertanyaan tersendiri. Bagaimana keamanannya?” kata Duca.
3. WFH dengan aman
Banyak perusahaan yang menerapkan work from home atau bekerja dari rumah selama pandemi Covid-19 ini. Selama penerapan kebijakan ini, perusahaan kian gencar memikirkan cara aman agar pegawainya tetap bisa bekerja dari rumah.
Contohnya dengan mengadopsi solusi berbasis cloud, yang bisa menggantikan perangkat mahal dengan desktop tervisualisasi. Sehingga pegawai bisa menggunakan perangkat yang lebih sederhana, namun tetap bisa aman dan dan bisa mengakses sumber daya yang dibutuhkan untuk bekerja.
Bisa juga dengan menerapkan kebijakan bring your own computer (BYOC). Perihal keamanan, bisa menggunakan solusi secure access service edge (SASE), yang menjadi norma keamanan siber baru berkat fleksibilitas, kesederhanaan dan visibilitasnya.
Menurut Director & Systems Engineering Palo Alto Network Indonesia Yudi Arijanto, SASE sendiri sudah banyak dipakai perusahaan untuk mengamankan direktur dan eksekutif level C mereka.
4. Keamanan cloud ditingkatkan
Di 2021 nanti, akan ada lebih banyak kegiatan yang divirtualisasikan. Hal ini mendorong perusahaan untuk meninjau kembali sistem keamanan di cloud yang mereka gunakan.
Perusahaan perlu mengontrol keamanan jaringan guna mendukung keamanan cloud, dan memperkuatnya dengan lapis tambahan. Terutama dalam pengelolaan identitas dan manajemen akses (IAM) di perusahaan, seiring meningkatnya skalabilitas penggunaan cloud.
Para peneliti Palo Alto Networks Unit 42 menemukan bahwa satu kesalahan konfigurasi IAM memungkinkan masuknya penyusup hingga ke seluruh lingkungan cloud, bahkan bisa menembus hampir semua kontrol keamanan. Maka dari itu, keamanan perlu bekerja lebih cepat dan beradaptasi dengan kecepatan yang dihadirkan oleh cloud. Jika mereka tak bisa mengantisipasinya, jumlah kerentanan bisa lebih banyak dari yang diperkirakan.
(LH)