Channel9.id-Jakarta. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mendorong perbankan menurunkan tingkat bunga kredit menyusul suku bunga acuan bank sentral menjadi 3,75 persen. “Kami juga terus dengan tidak segan-segan mengharapkan perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit untuk mendorong pemulihan ekonomi,” ujarnya, Kamis, 19 November 2020.
Menurut dia, suku bunga kredit dipengaruhi oleh tiga faktor yakni suku bunga dana cost of fund, biaya administrasi dan premi risiko. Jika dihitung sejak Juli 2019, bank sentral ini total sudah menurunkan 225 basis poin suku bunga acuan.
Penurunan itu mendorong bunga pasar uang antarbank (PUAB) berada pada posisi rendah mencapai 3,29 persen pada Oktober 2020 dan suku bunga dana itu menurun. “Jadi faktor pertama (suku bunga dana) ini mestinya bisa menurunkan suku bunga kredit,” kata Perry.
Sedangkan faktor kedua yakni biaya administrasi. Pandemi COVID-19 membuat perbankan melakukan digitalisasi, sehingga justru mendorong biaya administrasi menurun. Meski begitu, penurunan suku bunga kredit di perbankan belum signifikan bahkan belum mencapai satu persen kendati bank sentral sudah menurunkan suku bunga acuan bahkan sebelum ada pandemi Covid-19.
Perry mengatakan Bank Indonesia juga sudah menambah likuiditas perbankan mencapai hingga Rp680,89 triliun hingga 17 November 2020. Penambahan likuiditas melalui penurunan giro wajib minimum (GWM) sebesar Rp155 triliun dan ekspansi moneter sebesar Rp510,09 triliun.
Gubernur BI memperkirakan perbankan masih memiliki persepsi risiko kredit yang dikucurkan di tengah menurunnya aktivitas ekonomi. “Risiko kredit itu meningkat dan sejumlah bank meningkatkan kebutuhan untuk pencadangan terhadap risiko kredit. Ini barang kali faktor penyebab kenapa suku bunga kredit belum turun,” kata Perry.