Channel9.id, Jakarta – Kabupaten Brebes menegaskan posisinya sebagai lumbung bawang merah nasional sekaligus motor ekspor komoditas strategis Indonesia. Dalam Festival Bawang Merah Brebes 2025, pemerintah daerah bersama petani, pelaku usaha, dan pemerintah pusat memperkuat sinergi membangun ekosistem bawang merah dari hulu ke hilir.
Festival tahunan ini bukan sekadar perayaan panen raya. Lebih dari itu, ia menjadi panggung kolaborasi antarsektor untuk menegaskan bahwa kedaulatan pangan nasional dapat dibangun dari desa, dari petani, dan dari Brebes.
“Hari ini kita ekspor perdana 11.800 ton bawang merah ke Thailand, Singapura, dan Vietnam. Ini bukti bahwa hasil dari lahan petani Brebes mampu menembus pasar Asia,” ujar Bupati Brebes, Paramitha Widya Kusuma. Dengan luas tanam mencapai 30 ribu hektare dan produksi tahunan lebih dari 300 ribu ton, Brebes menyumbang sekitar 20 persen dari total produksi nasional.
Tak hanya membanggakan dari sisi volume, Brebes juga menjadi barometer harga dan pasokan bawang merah nasional. Kepala Badan Pangan Nasional (NFA), Arief Prasetyo Adi, menyebut Brebes sebagai titik krusial dalam rantai pasok nasional.
“Brebes adalah jangkar ekosistem bawang merah nasional. Kita harus memastikan ekosistem hulu-hilirnya kuat—dari penyediaan benih, akses pembiayaan, hingga pascapanen dan distribusi,” ujar Arief dalam pernyataan terpisah.
Di tengah fluktuasi harga pangan, NFA menegaskan komitmennya dalam menjaga stabilitas melalui pemetaan distribusi dan dukungan infrastruktur. Salah satu wujudnya adalah penyediaan cold storage berkapasitas 16 ton di Desa Wanasari, Brebes, yang telah dimanfaatkan sejak April 2023 oleh Asosiasi Petani Bawang Merah.
Sekretaris Utama NFA, Sarwo Edhy, yang hadir dalam puncak acara festival menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. “Kami melakukan pemetaan antara sentra produksi dan wilayah konsumsi untuk menjamin kelancaran distribusi dan stabilitas harga,” katanya.
Ia juga mendorong petani untuk terus menjaga kualitas produksi dengan praktik budidaya yang baik dan berkelanjutan. “Ketersediaan sepanjang tahun hanya bisa dijaga jika produksi konsisten dan terstandar,” tegasnya.
Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), Dian Alex Chandra, mengingatkan pentingnya memposisikan petani sebagai pusat pembangunan pertanian. “Setiap siung bawang merah mengandung tetes keringat petani. Maka, kolaborasi pusat-daerah harus menjamin hasil panen terserap optimal,” ujarnya.
Festival Bawang Merah Brebes 2025 juga diramaikan oleh bazar UMKM, Gerakan Pangan Murah, kontes bawang merah, hingga talkshow petani muda. Semua ini menggambarkan wajah baru pertanian: kolaboratif, modern, dan berorientasi pasar.
Dari Brebes, optimisme ketahanan pangan nasional tumbuh. Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga untuk mengangkat komoditas lokal menjadi bagian dari kekuatan diplomasi pangan Indonesia.