Channel9.id, Jakarta – Lonjakan harga sejumlah bahan pokok pada Agustus 2025 dinilai berpotensi menekan daya beli masyarakat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga beras, bawang merah, hingga minyak goreng terjadi hampir merata di berbagai daerah, menandakan tekanan inflasi pangan belum mereda.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan bawang merah menjadi komoditas yang paling mencolok, dengan kenaikan harga di 309 kabupaten/kota pada pekan ketiga Agustus 2025. Tren ini bahkan terus menanjak sejak awal bulan.
“Bawang merah perlu menjadi perhatian kita bersama, karena kenaikannya terjadi hampir di seluruh wilayah,” ujarnya dalam Rakornas Pengendalian Inflasi Daerah di Kemendagri, Senin (25/8/2025).
Rata-rata harga bawang merah nasional kini mencapai Rp53.098 per kilogram, jauh di atas harga acuan penjualan (HAP) Rp41.500 per kilogram. Dalam sebulan, harga komoditas ini sudah melonjak 12,79%.
Selain bawang merah, beras juga mengalami peningkatan harga di lebih dari 200 kabupaten/kota. Harga rata-rata beras medium dan premium di berbagai zona sudah melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Misalnya, di zona 3, harga beras medium mencapai Rp18.899 per kilogram, padahal HET hanya Rp13.500.
Minyak goreng pun tak luput dari tekanan harga. BPS mencatat, pada pekan ketiga Agustus 2025, harga minyak goreng naik di 111 kabupaten/kota dengan rata-rata mencapai Rp19.428 per liter. Di beberapa wilayah, harga bahkan menembus Rp60.000 per liter.
Menurut BPS, kondisi ini menjadi peringatan serius bagi pemerintah karena kenaikan harga pangan pokok langsung memengaruhi inflasi dan menurunkan daya beli masyarakat berpendapatan rendah.
“Lonjakan harga di pangan strategis berisiko memperbesar beban rumah tangga, terutama kelompok miskin dan rentan,” jelas Amalia.
Dengan tren kenaikan harga yang terjadi serentak di berbagai daerah, BPS menilai langkah pengendalian harga pangan perlu lebih agresif. Koordinasi lintas kementerian dan pemerintah daerah dinilai krusial untuk menstabilkan pasokan dan distribusi agar tekanan inflasi tidak semakin berat.